"Aktivitas elang Jawa tersebut menjadi indikator bahwa kawasan hutan lereng Gunung Merapi saat ini mendekati seperti semula," kata Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Gunung Merapi Asep Nia Kurnia, Selasa.
Ia menjelaskan sebelum 2010 tercatat ada antara empat sampai enam elang jawa (Spizaetus bartelsi) di taman nasional itu namun jumlahnya turun jadi empat saja pada 2011.
"Ada kabar baik di Desember 2014, petugas sempat merekam aktivitas elang Jawa atau Spizaetus Bartelsi masih di kawasan TNGM yang ikut wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah," katanya.
Ia belum bisa memastikan apakah elang itu merupakan salah satu dari empat elang jawa yang masih hidup atau ada elang jawa lagi karena pendataan belum dilakukan di lokasi itu.
Namun kemunculan jenis burung itu menjadi penanda pemulihan ekosistem. Ia menambahkan, elang jawa sensitif, sangat selektif memilih tempat bersembunyi atau sarang dan memilih tempat dengan pakan cukup yang jauh dari aktivitas manusia.
Asep menjelaskan letusan Gunung Merapi tahun 2010 menyebabkan sekitar 2.400 hektare hutan di Taman Nasional Gunung Merapi rusak.
"Pemulihannya, memakai dua cara, yakni dengan alami dan campur tangan manusia. Dalam pemulihan ekosistem, lebih banyak yang alami selama ini," katanya.
Ia menjelaskan sekarang sudah banyak lahan yang kembali hijau, termasuk yang ada di wilayah Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, yang secara alami sudah kembali ditumbuhi tanaman.
"Sementara, untuk cara campur tangan manusia, setelah erupsi sampai akhir 2015, ditargetkan bisa memulihkan sampai 1.000 hektare. Saat ini sudah berjalan sekitar 700 hektare," katanya.
Asep mengatakan meski belum sepenuhnya pulih namun hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sudah membaik, antara lain ditandai dengan perluasan habitat beragam hewan di sana.
"Monyet semakin banyak, juga jenis burung," katanya.
Ia menjelaskan bahwa sebelum Gunung Merapi meletus tahun 2010, ada 154 jenis burung yang hidup di taman nasional itu dan jumlahnya sempat turun menjadi 97 jenis pada 2011.
"Saat ini sudah mencapai sekitar 140 jenis burung yang hidup. Ini menunjukkan kondisi TNGM sudah hampir pulih," katanya.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015