"Kita rakyat kecil ini meminta pemerintah untuk segera mengendalikan harga berbagai kebutuhan pokok termasuk tarif anggkutan transportasi umum, sehingga kami rakyat bisa merasakan manfaat dari penurunan harga BBM ini," kata salah seorang warga BTN Azatata Andonohu Kendari, Ny Intan (35) di Kendari, Selasa.
Menurut dia, pada 1 Januari 2015 pemerintah menurunkan harga BBM jenis premium dari Rp8.500 menjadi Rp 7.600 per liter dan harga solar dari Rp7.500 menjadi Rp7.250 per liter.
Namun setelah penurunan harga BBM tersebut, harga berbagai kebutuhan pokok dan ongkos transportasi tidak mengalami penurunan.
Padahal ujarnya, saat pemerintah menaikan harga BBM jenis premiun dari Rp6.500 menjadi Rp8.500 per liter dan solar dari Rp5.500 menjadi Rp7.500 per liter, harga berbagai kebutuhan pokok dan ongkos transportasi langsung bergerak naik.
"Kita harapkan penurunan harga BBM kali ini bisa segera diikuti dengan penurunan harga kebutuhan pokok dan ongkos transportasi, sehingga beban kami warga miskin ini bisa sedikit berkurang," katanya.
Keterangan serupa juga disampaikan warga Kota Kendari lainnya, Dedi (55).
Menurut dia, saat pemerintah menaikan harga BBM, harga berbagai kebutuhan pokok seperti beras mengalami peningkatan yang cukup tinggi.
"Sebelum harga BBM naik, harga beras jenis kepala masih Rp390.000 per karung ukuran 50 kilogram. Setelah harga BBM naik, harga beras melonjak jadi Rp440.000 per karung," katanya.
Harga beras tersebut kata dia, masih tetap bertahan meski pemerintah sudah memberlakukan tarif baru BBM dari Rp8.500 mejadi Rp7.600 jenis premium dan Rp7.500 menjadi Rp7.250 jenis solar.
"Makanya kita sangat berharap penurunan harga BBM kali ini bisa segera diikuti dengan penurunan harga kebutuhan pokok dan tarif angkutan umum," katanya.
Pewarta: Agus
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015