Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore tidak bergerak nilainya atau stagnan di posisi Rp12.590 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Senin mengatakan bahwa nilai tukar rupiah pada awal pekan ini bergerak di kisaran sempit atau dengan fluktuasi yang terbatas di tengah bervariasinya sentimen.
Menurut dia, keputusan pemerintah Indonesia yang kembali menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi serta menurunkan harga elpiji 12 kg dan semen meredakan kecemasan atas ancaman perlambatan ekonomi Indonesia menjadi sentimen positif bagi rupiah.
Pemerintah telah mengumumkan penurunan harga BBM premium Rp1.000 dari sebelumnya Rp7.600 menjadi Rp6.600 per liter. Sementara untuk BBM jenis solar turun Rp850 dari sebelumnya Rp7.200 per liter menjadi Rp6.400 per liter. Penurunan harga tersebut mulai diberlakukan hari ini.
Sementara sentimen eksternal, lanjut dia, penurunan tahunan harga rumah baru di Tiongkok yang mencapai 4,3 persen pada Desember 2014 menegaskan ancaman perlambatan ekonominya.
"Kondisi eksternal itu, membuat investor khawatir karena outlook ekspor Indonesia ke Tiongkok yang merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia dapat menurun. Ini cukup membebani kinerja rupiah," katanya.
Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa sentimen yang beredar saat ini cenderung minim di tengah antisipasi pasar terhadap laporan outlook kondisi ekonomi Jerman dan negara kawasan Euro.
"Data itu dapat menjadi acuan pelaku pasar untuk menerapkan kebijakan investasinya," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.612 dibandingkan hari sebelumnya, Jumat (16/1) di posisi Rp12.593 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015