Tokyo (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan penyelesaian masalah di Irak agar tidak dilakukan sepihak, karena keinginan bangsa Irak sendiri serta masukan dari negara lain, termasuk Indonesia, harus didengar. "Saya berharap tindakan-tindakan yang terlalu sepihak atau unilateral harus dihindari, karena keinginan Irak dan juga sahabat-sahabat lain, termasuk Indonesia harus didengar," kata Presiden dalam jumpa pers dengan wartawan dari Indonesia di sela-sela kunjungan kenegaraannya di Tokyo, Jepang Rabu. Presiden juga menegaskan pernyataannya bahwa yang paling berkepentingan atas nasib dan masa depan di Irak adalah bangsa Irak sendiri, karena suatu saat akan datang kesempatan bagi Irak menyelesaikan masalah yang dihadapi. "Kita menyerukan agar benar-benar ada rekonsiliasi di Irak, sehingga terbentuk pemerintahan yang kredibel dan punya kapasitas menjalankan misinya," katanya. Dalam kaitan itu, lanjutnya, Indonesia harus membantu Irak dalam rekonsiliasi dan memperkuat kapasitas pemerintahannya. Dalam konteks ini, menjadi tanggung jawab masyarakat internasional semata-mata agar Irak bisa mengatasi persoalannya dan menyelesaikannya dengan baik. "Itu yang saya maksudkan. Ada beberapa yang salah mengerti tentang yang saya maksudkan dengan kita perlu membantu, tanggung jawab kita agar Irak bisa mengatasi masalahnya sendiri," katanya. Presiden juga mengutarakan bahwa suatu saat pasukan Amerika Serikat dan koalisi akan meninggalkan Irak, karena kehadiran yang permanen di negara itu akan menimbulkan masalah pada tingkat domestik dan internasional.Situasi Lebanon Sementara mengenai memanasnya kembali situasi di Lebanon, Presiden mengharapkan masalah di Lebanon agar segera dicarikan jalan keluarnya secara damai. Diharapkan dengan kehadiran pasukan perdamaian PBB, termasuk dari Indonesia, di sana, maka perdamaian di negara itu bisa segera tercipta. "Saya percaya pasukan kita di sana cukup profesional menanggapi perubahan keadaan di Lebanon, sehingga mereka bisa menjalankan tugasnya dengan meningkatkan kewaspadaan," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006