Sri Ayem (50), tetangga Roni mengatakan, jarang bertemu dengan Roni, bahkan mengobrol dengannya. Ia sosok yang pendiam dan tertutup.
"Saya jarang berbicara dengannya, ia pendiam. Biasanya hanya tahu saat akan pergi ke sawah, dan setelah itu pulang, dan ia terus di rumah," katanya ditemui di rumahnya, Dusun Nglarangan, Desa Krenceng, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jumat.
Ia mengatakan, Roni juga baru pulang ke rumah di Desa Krenceng, Kabupaten Kediri, yang merupakan rumah orangtuanya. Ia sebelumnya tinggal di Bali, dan baru pulang sekitar 2,5 bulan lalu, bersama dengan istrinya. Di rumah pun, istrinya juga tidak terlalu akrab dengan tetangga. (Baca: Polisi tembak terduga teroris di Kediri)
"Saya jarang bertemu dengan istrinya. Bahkan, wajahnya seperti apa tidak tahu, soalnya pakai cadar terus," ungkapnya.
Ia pun tidak mengenal dengan akrab Roni. Sejak kecil, ia ikut dengan neneknya yang rumahnya juga tidak jauh dari rumah orangtuanya.
Namun, untuk kebutuhan sehari-hari, Roni membantu orangtuanya bekerja di sawah.
Hal itu berbeda dengan kedua orangtuanya, yaitu Darmi dan ayahnya Suyadi. Mereka sosok yang cukup akrab dengan para tetangga.
Sri mengatakan, Roni memang tinggal dengan neneknya, tapi sejak ia pernah mengalami kasus terlibat pembunuhan dengan tetangganya, sekitar 2002, ia pindah ke Bali.
Ia pun tidak mengetahui dengan persis pekerjaan Roni di Bali. Namun, orangtuanya pernah cerita jika Roni bekerja di pabrik tahu.
Tentang pernikahannya, ia mengatakan tidak mengetahui dengan persis. Ia menikah di Bali, tapi orangtuanya hanya diberi kabar, termasuk mendapatkan empat orang cucu.
Disinggung terkait penggerebakan rumah orangtua Roni, Sri mengaku tidak tahu menahu. Ia dengan suaminya sedang berada di sawah, sehingga tidak mengetahui dengan persis kejadiannya.
"Saya dengan suami sedang di sawah, tahu-tahu diberi kabar tetangga jika di sekitar rumah tidak boleh masuk, dan banyak polisi," ucapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sunarti, tetangga lainnya. Ia juga tidak mengetahui dengan persis, bagaimana kejadian penangkapan Roni.
"Kalau pagi, hampir semua warga ke sawah, baru pulang ke rumah sore," tuturnya.
Tim Densus 88 menembak seorang terduga teroris, di Kabupaten Kediri. Ia diduga terkait dengan jaringan Santoso, yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) teroris Poso. (Baca: Tiga warga Poso ditembak kelompok sipil bersenjata)
Santoso juga diketahui sebagai pelaku penembakan Kepala Polsek Bima NTB serta Kanit Reskrim Polsek Bima NTB.
Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015