Batam (ANTARA News) - Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau nyaris terisolasi akibat tidak beroperasinya empat kapal perintis milik pemerintah yang biasa melayari pulau-pulau di Kepri hingga ke Natuna.
"Warga Natuna sudah bisa dibilang hampir terisolasi sejak awal Januari 2015," kata anggota Komisi III DPRD Kepri Surya Makmur Nasution di Batam, Jumat.
Masyarakat Natuna yang berada di ujung Indonesia, dekat Laut China Selatan, saat ini hanya bisa mengandalkan transportasi kapal Pelni yang berlayar sekali sepekan.
"Penerbangan memang ada, tapi harganya selangit. Sejak penerbangan masih ada tiket murah, harganya memang sudah mahal," kata dia.
Selain slitnya transportasi penduduk, distribusi barang ke daerah itu juga menjadi sangat terbatas.
Warga Natuna Agus Bagjana mengatakan saat ini barang sembilang bahan pokok sudah sulit mulai langka.
"Sudah susah sekarang cari barang. Kalau ada pun, masyarakat berebut membelinya, jadi harganya mahal," kata dia.
Pasokan sembako di kabupaten yang berbatasan dengan Thailand dan Vietnam itu terkendala karena tidak adanya kapal yang berlayar ke sana, termasuk empat kapal perintis milik pemerintah.
"Yang ada hanya Kapal Pelni, tapi kapal itu kan tidak membawa sembako," kata dia.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kepri Muramis di Batam membenarkan empat kapal perintis masing-masing KM Gunung Bintan, KM Terigas, KM Sabuk Nusantara 30 dan 39 yang biasa berlayar ke pulau-pulau di Provinsi Kepulauan Riau berhenti sementara, akibat tidak ada biaya untuk membeli bahan bakar.
"Masalah proses anggaran tahunan, karena BBM itu disubsidi pemerintah melalui Kementerian Perhubungan," kata dia.
Ia mengatakan operasional seluruh kapal perintis yang melayari Kepri ditanggung Direktorat Perhubungan Laut. Dan biaya bahan bakarnya sedang proses lelang di Jakarta.
"Itu dilelang tiap tahun, dan belum selesai," kata dia.
Pemprov Kepri berharap proses lelang pengadaan BBM untuk kapal perintis segera selesai, agar bisa segera melayani kebutuhan masyarakat.
Pewarta: Jannatun Naim
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015