... ia merasa sebagai Charlie Coulibaly...Paris (ANTARA News) - Seorang komedian Prancis akan diadili dengan tuduhan membuat terorisme terkesan sebagai suatu aksi yang mulia setelah menulis di akun Facebook-nya bahwa ia merasa sebagai Charlie Coulibaly.
Ini adalah permainan kata yang menggabungkan slogan Je suis Charlie (saya Charlie) dan nama salah satu dari tiga orang pelaku serangan.
Amedy Coulibaly, yang namanya menginspirasi lelucon itu, membunuh seorang polisi dan empat pelanggan di sebuah toko halal pekan lalu di Paris, dua hari setelah dua orang bersenjata menembak 12 orang di dan dekat kantor majalah Charlie Hebdo.
Jaksa pada Senin melakukan penyelidikan atas komentar yang dibuat Dieudonne M'bala M'bala, yang sebelumnya telah menghadapi tuduhan anti-Semit dan mengejek pembunuhan wartawan Amerika Serikat, James Foley, oleh milisi Negara Islam.
Dia ditahan untuk diperiksa sebelumnya pada Rabu dan pada malam hari jaksa mengatakan ia akan diadili.
Pengacaranya, Jacques Verdier, mengatakan kepada BFM-TV bahwa penangkapan kliennya atas komentar Charlie Coulibaly adalah benar-benar di luar proporsi. Jika terbukti bersalah mengistimewakan terorisme, Dieudonne bisa terancam tujuh tahun penjara.
Dieudonne menarik perhatian internasional tahun lalu setelah mantan striker Prancis, Nicolas Anelka, merayakan gol di Liga Utama Inggris dengan melakukan hormat yang dipopulerkan Dieudonne yang dinilai kritikus memiliki konotasi anti-Semit.
Dieudonne yang lahir di Paris dari ayah yang berasal dari Kamerun dan ibu Prancis mengatakan ia tidak anti-Semit.
Dia telah berulang kali didenda dengan tuduhan melakukan pidato kebencian di Prancis di mana otoritas lokal di beberapa kota telah melarang pertunjukannya dengan alasan merupakan ancaman bagi ketertiban umum.
Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengatakan para pejabat Eropa pekan ini harus bekerja lebih erat dengan perusahaan-perusahaan Internet untuk menghilangkan konten kebencian dan yang mengistimewakan terorisme.
Lebih dari 3,7 juta orang berbaris melalui jalan-jalan Prancis pada Minggu, banyak dari mereka memegang tulisan Je suis Charlie untuk menghormati kenangan dari wartawan Charlie Hebdo, polisi, dan warga sipil yang tengah berbelanja yang dibunuh oleh milisi Islam bersenjata.
Amedy Coulibaly, yang namanya menginspirasi lelucon itu, membunuh seorang polisi dan empat pelanggan di sebuah toko halal pekan lalu di Paris, dua hari setelah dua orang bersenjata menembak 12 orang di dan dekat kantor majalah Charlie Hebdo.
Jaksa pada Senin melakukan penyelidikan atas komentar yang dibuat Dieudonne M'bala M'bala, yang sebelumnya telah menghadapi tuduhan anti-Semit dan mengejek pembunuhan wartawan Amerika Serikat, James Foley, oleh milisi Negara Islam.
Dia ditahan untuk diperiksa sebelumnya pada Rabu dan pada malam hari jaksa mengatakan ia akan diadili.
Pengacaranya, Jacques Verdier, mengatakan kepada BFM-TV bahwa penangkapan kliennya atas komentar Charlie Coulibaly adalah benar-benar di luar proporsi. Jika terbukti bersalah mengistimewakan terorisme, Dieudonne bisa terancam tujuh tahun penjara.
Dieudonne menarik perhatian internasional tahun lalu setelah mantan striker Prancis, Nicolas Anelka, merayakan gol di Liga Utama Inggris dengan melakukan hormat yang dipopulerkan Dieudonne yang dinilai kritikus memiliki konotasi anti-Semit.
Dieudonne yang lahir di Paris dari ayah yang berasal dari Kamerun dan ibu Prancis mengatakan ia tidak anti-Semit.
Dia telah berulang kali didenda dengan tuduhan melakukan pidato kebencian di Prancis di mana otoritas lokal di beberapa kota telah melarang pertunjukannya dengan alasan merupakan ancaman bagi ketertiban umum.
Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengatakan para pejabat Eropa pekan ini harus bekerja lebih erat dengan perusahaan-perusahaan Internet untuk menghilangkan konten kebencian dan yang mengistimewakan terorisme.
Lebih dari 3,7 juta orang berbaris melalui jalan-jalan Prancis pada Minggu, banyak dari mereka memegang tulisan Je suis Charlie untuk menghormati kenangan dari wartawan Charlie Hebdo, polisi, dan warga sipil yang tengah berbelanja yang dibunuh oleh milisi Islam bersenjata.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015