Jakarta (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Pol. Sutanto menegaskan, tim penyelidik dari Agen Intelijen Federal Amerika Serikat (FBI), Belanda dan Prancis, hanya akan memberikan bantuan teknis untuk mendalami hasil penyelidikan yang telah dilakukan dalam kasus pembunuhan terhadap Munir, sang aktivis HAM.
"Bantuan teknis saja, seperti pendalaman terhadap hasil visum dan otopsi yang telah dilakukan," katanya, usai menghadiri Rapat Koordinasi Bidang Polhukam, di Jakarta, Selasa.
Ia menegaskan, kerjasama yang dilakukan di antara Polri, FBI dan tim forensik dari Belanda dan Prancis merupakan hal yang biasa dilakukan untuk menyelidiki suatu kasus tertentu, seperti halnya dalam kasus narkoba.
"Yang jelas, kerjasama yang dilakukan antara Polri, FBI, tim forensik Belanda dan Prancis sebatas pada kerjasama bantuan teknis, bukan pada pemeriksaan atau penyelidikan lebih lanjut," kata Sutanto menambahkan.
Sementara itu, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar (Humas Mabes) Polri, Irjen Pol Sisno Adiwinoto mengatakan, tim Polri dan Kejaksaan telah berangkat ke Belanda pekan ini, untuk mendalami hasil penyelidikan terhadap terbunuhnya Munir.
"Setelah mendalami penyelidikan di Belanda, akan didalami lagi dengan FBI dan beberapa ahli forensik dari Prancis," katanya.
Sisno menegaskan, kerjasama yang dilakukan antara Polri dengan tim investigasi dan forensik dari tiga negara itu semata untuk mendalami hasil penyelidikan yang telah ada, bukan untuk melakukan pemeriksaan, penyelidikan atau otopsi ulang.
"Di Belanda kita akan lakukan pendalaman, terhadap beberapa hal yang sebelumnya belum diungkap. Jadi, bukan otopsi ulang," ujarnya, menegaskan.
Tentang kemungkinan meminta keterangan kembali dari sejumlah saksi, Sisno mengatakan, itu mungkin saja dilakukan. "Apa pun bantuan teknis dan informasi yang diberikan harus dapat dimanfaatkan untuk mengungkap tentang peristiwa pembunuhan aktivis Munir," katanya.
Aktivis HAM Munir meninggal dunia pada 2004 saat menumpang di pesawat dari maskapai Garuda Indonesia rute penerbangan Jakarta ke Amsterdam (Belanda) dan singgah di Singapura.
Pihak forensik di negeri Belanda yang memeriksa jenazah Munir dalam visumnya menyimpulkan bahwa aktivis HAM tersebut meninggal dunia lantaran tubuhnya kemasukan zat racun arsenikum. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006