Bandarlampung, (ANTARA News) - Tim Penanggulangan Gangguan Gajah Liar di Lampung sejak Kamis (23/11) lalu, berhasil memasang alat pendeteksi berteknologi pancar satelit (satelit sonar) pada salah satu gajah liar yang kelompoknya diketahui sering keluar masuk perkampungan penduduk di sekitar hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Lampung, Agus Harianta kepada ANTARA Bandarlampung, Selasa, membenarkan keberhasilan tim terdiri dari unsur dinas dan instansi terkait termasuk LSM (WWF), memasang alat berupa kalung seberat sekitar 10 kg di salah satu leher pimpinan kelompok gajah liar itu. "Proses pemasangannya didahului pembiusan pada kawanan gajah liar itu, dengan dibantu gajah jinak," kata Agus Harianta lagi. Petugas berjumlah 40-an orang, setelah melakukan pembiusan selama sekitar satu hingga dua jam, berhasil memasang peralatan untuk melacak pergerakan kawanan gajah liar tersebut setiap saat tanpa gangguan berarti. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) liar yang menjadi target pemasangan satelit sonar itu adalah "pemimpin" dari kelompok sekitar enam ekor gajah yang dikenali sebagai kawanan "Davit Cang". "Benar, kita sudah cari tahu dulu gajah yang menjadi pemimpin kelompoknya untuk dipasangi alat pendeteksi itu, sehingga sekaligus dapat memantau aktivitas dan pergerakan kawanan gajah liar lainnya," ujar Agus pula. Pemasangan alat deteksi pada leher gajah liar itu dilakukan di sekitar kawasan Talang Jeruk di Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, pada areal hutan TNBBS di sana. Setelah alat itu terpasang dengan baik, saat ini pemantauan aktivitas dan pergerakan kawanan yang dilaporkan sering keluar hutan dan masuk ke kebun serta menyusup ke permukiman penduduk --bahkan dipastikan sebagai penyebab dua warga Kabupaten Tanggamus meninggal akibat amukannya-- dapat dilakukan lebih intensif. "Setiap waktu secara periodik kami mendapatkan sinyal pemantauan gajah liar dimaksud, sehingga diharapkan kalau terjadi sesuatu dapat segera diambil langkah antisipasi yang diperlukan," kata Kepala BKSDA Lampung, Agus Harianta lagi. Populasi gajah liar dalam kawasan hutan Lampung, antara lain di TNBBS dan TN Way Kambas di Lampung Timur masih cukup besar (TNBBS terdapat sekitar 500 ekor, di TNWK sekitar 200-an ekor) dan sering timbul konflik gajah liar dengan manusia di sekitar hutan itu. Belum lama ini di sekitar hutan TNWK, seorang warga setempat kedapatan meninggal dunia, diduga akibat amukan gajah liar di sana yang keluar hutan. Begitupula di sekitar hutan TNBBS yang wilayahnya meliputi Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, dan Kaur-Bengkulu dalam bulan ini terdapat dua warga tewas dan beberapa luka-luka. Kendati berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak terkait, namun hingga saat ini konflik satwa liar seperti gajah itu dengan masyarakat di sekitar hutan belum dapat ditanggulangi secara optimal. Namun upaya pemantauan dan pengendalian aktivitas dan jelajah kawanan gajah liar "Davit Cang" yang kini telah dipasangi satelit sonar itu, diharapkan dapat menekan dampak buruk dan dapat lebih cepat mengambil langkah antisipasi kemungkinan gangguan terhadap masyarakat karena masuk ke kebun dan kampung penduduk.(*)
Copyright © ANTARA 2006