Tokyo (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk memperpanjang sejumlah kontrak ekspor gas alam ke Jepang yang akan berakhir 2010 jika Tokyo berkomitmen untuk meningkatkan investasinya di Indonesia. "Di satu sisi kita akan menjamin suplai gas ke Jepang tetapi di sisi lain kita meminta komitmen Jepang meningkatkan investasinya," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan di sela-sela pertemuan Indonesia-Japan Energy Round Table di Tokyo, Selasa. Pertemuan itu sendiri berlangsung di sela-sela kunjungan kerja empat hari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jepang sejak Minggu (26/11). Menurut Purnomo, dalam pertemuan itu, kedua pihak tidak membahas masalah perpanjangan kontrak ekspor gas RI ke negara itu melainkan hanya membicarakan persoalan minyak dan gas, energi listrik, dan isu yang berkaitan, seperti pengembangan tenaga nuklir, batubara, panas bumi, perlindungan sumber energi, dan pengembangan bahan bakar nabati (bio-fuel) secara umum. Mengenai persoalan perpanjangan kontrak gas, kata Purnomo, pemerintah masih memperhitungkan secara hati-hati kebutuhan gas domestik serta suplai gas untuk ekspor. "Kita sekarang sedang menghitung secara hati-hati keseimbangan gas kita antara kebutuhan domestik dan kemampuan kapasitas ekspor ke Jepang masa mendatang," katanya. Di sisi lain, lanjutnya, Indonesia selalu meminta Jepang untuk meningkatkan investasinya ke Indonesia karena dalam beberapa tahun ini investasi negara itu terus menurun. Ketika ditanya apa keuntungan Indonesia memperpanjang kontrak ekspor gasnya ke Jepang, Purnomo mengatakan, pemerintah akan mendapat penerimaan valuta asing yang akan masuk dalam pendapatan pemerintah. "Tentu saja, dengan perpanjangan kontrak itu, Jepang akan meningkatkan investasinya," katanya. Mengenai perhitungan keseimbangan gas, Purnomo memperkirakan hal itu bisa dicapai dalam waktu dekat karena, dari beberapa laporan, disebutkan adanya sumber-sumber gas baru, seperti Masela di Laut Timor dan Blok Senoro dan Donggi di Sulawesi Tengah, sehingga dengan demikian kebutuhan gas domestik dan gas untuk ekspor bisa diseimbangkan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006