Jakarta (ANTARA News) - Mendiknas Bambang Sudibyo mengatakan, tayangan "Smackdown" yang mempertontonkan adegan brutal sangat tidak mendidik dan telah menuai protes dari masyarakat. "Karena itu, sebaiknya pengelola televisi belajar UU Sisdiknas sebelum menayangkan suatu acara, apalagi sifatnya kekerasan seperti Smack Down," kata Bambang usai beraudiensi dengan Pemenang Sayembara Penulisan Naskah Buku Bacaan Tahun 2006 di Gedung A Depdiknas, di Jakarta, Selasa. Dalam UU Sisdiknas, ujar Bambang, proses pendidikan berlangsung dari jalur formal dan informal dan televisi merupakan pendidikan jalur informal yang memiliki tanggungjawab sama terhadap proses pendidikan. Bambang mengakui banyak televisi yang kurang menyadari terhadap acara-acara yang ditayangkan. Padahal setiap acara yang ditayangkan televisi memiliki peran besar terhadap pendidikan informal. "Jadi ketika acara sedang ditayangkan, sebetulnya proses pendidikan itu sedang berlangsung. Dan anak-anak otomatis sedang ikut mempelajarinya," katanya. Karena itu, sebaiknya pengelola televisi tidak hanya mempertimbangkan aspek bisnisnya atau komersil murni dalam memilih jenis tayangan atau acara. Aspek mendidik juga harus dikedepankan terutama terhadap anak-anak," katanya. Selain tayangan Smack down, banyak keluhan yang disampaikan masyarakat soal tayangan kekerasan di televisi. Umumnya tayangan tersebut sangat tidak mendidik anak-anak, katanya. Menyinggung soal pencabulan terhadap siswa yang dilakukan oleh oknum guru SMA BW di Jakarta Selatan, Mendiknas meminta agar Walikota dan Dinas Pendidikan setempat segera mengambil tindakan tegas. "Ini berkaitan dengan penciptaan rasa aman dari masyarakat. Sebab jika dibiarkan, tentu masyarakat menjadi tidak nyaman menyekolahkan anaknya," katanya. Mendiknas mengatakan, yang berhak mengambil tindakan, walikota, gubernur atau kepada dinas pendidikan setempat sesuai prinsip otonomi daerah. Pimpinan DPR mendesak Komisi Penyiaran Indoensia (KPI) agar segera mengambil sikap dan memutuskan tindakan terhadap tayangan Smack Down, sehubungan dengan adegan dalam tayangan di televisi swasta nasional itu telah banyak ditiru dan menelan korban jiwa.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006