"Daerah-daerah sentra produksi yang telah panen perlu mendistribusikan pasokan cabai secara merata ke berbagai daerah yang selama ini masih mengandalkan pasokan dari daerah lain," kata Menteri Perdagangan Rachmat Gobel dalam siaran pers, Rabu.
Dengan meratanya pasokan, kata dia, daerah yang menjadi sentra produksi cabai tidak mengalami kelebihan pasokan dan harga di tingkat petani tetap menguntungkan petani.
Rachmat mengatakan pasokan cabai ke pasar-pasar mulai bertambah setelah sentra-sentra produksi seperti Tasikmalaya, Cisewu, Sukabumi, Magelang, Muntilan, Wates, Rembang, Kediri, Blitar, dan Banyuwangi, mulai panen.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustina mengatakan, sejalan dengan turunnya harga cabai di berbagai daerah, maka harga cabai di Pasar Induk Kramat Jati pun turun.
"Harga cabe turun di kisaran 8,6-50 persen. Penurunan harga cabai yang terjadi di Pasar Induk Kramat Jati tersebut karena pasokan rata-rata minggu pertama Januari 2015 naik dari rata-rata 89 ton per hari menjadi 109 ton per hari," ujar Srie.
Pasokan tertinggi terjadi pada 6 Januari 2015 yang mencapai 109 ton per hari, dan pasokan cabe ke Pasar Induk Kramat Jati diperkirakan akan kembali normal pada akhir Januari atau awal Februari 2015, dengan rata-rata pasokan 150-200 ton per hari.
Harga cabai merah besar turun 21,3 persen dari Rp 65.600/kg menjadi Rp 51.600/kg, cabai merah keriting turun 14,5 persen dari Rp 69.600/kg menjadi Rp 59.500/kg, dan cabai rawit merah turun 14,6 persen dari Rp 79.300/kg menjadi Rp 67.700/kg.
Penurunan harga cabe telah terjadi hampir di seluruh daerah di mana penurunan tertinggi cabai merah besar terjadi di Denpasar dari Rp70.000 menjadi Rp 26.650/kg atau sebesar 61,9 persen dan di Palu dari Rp67.500 menjadi Rp27.000/kg atau 60 persen.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015