Paris (ANTARA News) - Edisi pertama Charlie Hebdo yang diterbitkan setelah serangan maut oleh pria militan bersenjata laris terjual hanya dalam beberapa menit di seluruh kios majalah di seluruh Prancis hari ini di mana orang-orang antre untuk membelinya sebagai unjuk dukungan kepada mingguan satir itu.
"Sebelum ini saya tak pernah membeli majalah ini, sama sekali tidak sejalan pandangan politik saya, namun penting bagi saya untuk membelinya hari ini dan mendukung kebebasan berekspresi," kata David Sullo, yang berdiri di ujung antrean puluhan orang di sebuah kios di Paris tengah.
Sekitar tiga juta eksemplar majalah ini didistribusikan dalam edisi yang kemudian disebut "edisi penyintas" atau jauh berlipat-lipat dibandingkan dengan biasanya 60.000 eksemplar. Tetapi tetap saja banyak toko yang kehabisan pesanan.
"Penting bagi saya untuk membelinya dan menunjukkan solidaritas dengan berlaku seperti ini, tidak hanya dengan berunjuk rasa," kata pria berusia 42 tahun bernama Laurent di antrean sama, seraya menambahkan bahwa dia tidak menjamin bakal mendapatkannya karena dia tidak memesannya sehari sebelumnya.
Beberapa blok dari situ, di stasiun metro Jules Joffrin di Paris utara, seorang pengecer koran mengatakan orang-orang sudah menunggu di luar tokonya ketika dia membuka toko pukul 6 pagi waktu setempat atau 12.00 WIB.
"Saya punya 10 kopi dan semuanya segera terjual," kata dia.
Agen koran di stasiun kereta Gare du Nord mengatakan tokonya buka pukul 5:15 pagi dari biasanya pukul 6:00 pagi, dan 200 kopi yang dijualnya langsung terjual kurang dari 15 menit.
Halaman depan Charlie Hebdo edisi 14 Januari itu memperlihatkan kartun Nabi Muhammad bertuliskan "Tout est pardonne" (Semua dimaafkan).
"Saya menulis tout est pardonne dan saya menangis," kata Renald "Luz" Luzier, si pencipta kartun, dalam jumpa pers di kantor sementara majalah itu yang berada di kantor harian sayap kiri Liberation seperti dikutip Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015