Wina (ANTARA News) - Kecemasan kini melanda sektor pariwisata Austria dengan akan munculnya tokoh fiktif bernama Bruno, inkarnasi Sacha Baron Cohen berikutnya.
Menyusul sukses global film "Borat: Cultural Learnings of America for Make Benefit Glorious Nations of Kazakhstan", yang telah mengubah negara Asia Tengah itu menjadi bahan tertawaan, kini Austria menanti giliran menjadi korban berikut dari komedian Inggris tersebut.
Universal Studios mengumumkan bahwa setelah "Borat" menimbulkan "malapetaka" di AS, ia akan digantikan oleh Bruno, "seorang wartawan Austria yang egois, gay, kurang wawasan dan pemuja Nazi."
Menurut kisahnya, Bruno menjadi presenter acara pada sebuah saluran televisi Austria, melakukan wawancara mengenai dunia mode, selebriti dan homoseksualitas.
Malapetaka akan selalu muncul begitu Bruno mulai menyiksa orang yang diwawancarainya dengan logat Jermannya. Bruno sendiri tampaknya amat percaya diri bila melaksanakan tugasnya, sekalipun sering membuat orang tersinggung.
Kazakhstan telah menjadi nama yang terkenal dalam pengertian negatif sejak "Borat" ditayangkan di berbagai bioskop seluruh dunia.
Para pejabat Kazakhstan mengemukakan penggambaran Borat sebagai tokoh primitif dan benci pada wanita sebagai mencemarkan nama baik negara berpenduduk 15 juta jiwa itu.
Dampak Borat terhadap citra Kazakhstan menimbulkan bencana, kata para analis, seraya bertanya siapa yang akan berurusan dengan sebuah negara yang rakyatnya minum air kencing kuda?
Panik
Kepanikan serupa melanda kalangan pariwisata Austria, yang mencemaskan Bruno akan membuat citra Austria yang diiklankan sebagai negara berpegunungan indah, danaunya biru dan gadis-gadisnya cantik menjadi negara dengan citra penuh pemuja Nazi.
Bruno yang mengagumi Adolf Hitler akan menyebabkan para calon turis menyangka Austria masih menghadapi berbagai masalah yang belum terselesaikan dengan masa lalunya saat jaman Nazi.
Sekalipun begitu, Badan Pariwisata Austria belum melihat alasan untuk merasa cemas. "Saya tak melihat alasan apapun untuk berspekulasi. Kan film itu belum diambil gambarnya," kata jurubicaranya, Eleonore Gudmundsson, seperti dilansir DPA.
Orang akan sadar betul apa yang nyata dan apa yang cuma fiktif," tambahnya. (*)
Copyright © ANTARA 2006