Kita akan memilih, dari program ini (TIA-GT) dengan RPJMN mana yang cocok dan menguntungkan untuk Indonesia.
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas menyatakan program yang diusulkan pada Misi Unit Timor Leste-Indonesia-Australia Growth Triangle (TIA/GT) akan disesuaikan dengan rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015--2019, terutama mengenai pembangunan daerah perbatasan.
"Kita akan memilih, dari program ini (TIA-GT) dengan RPJMN mana yang cocok dan menguntungkan untuk Indonesia," kata Deputi Menteri PPN/Bappenas Bidang Pendanaan Pembangunan, Wismana Adi Suryabrata, setelah bertemu dengan Kepala Misi Unit TIA-GT Joao Mendes Goncalves, di Jakarta, Selasa.
(Baca juga: Delegasi Timor Leste kunjungi Indonesia aktifkan kerjasama TIA-GT)
Oleh karena itu, menurut Wismana, pemerintah masih membutuhkan waktu untuk memilah program yang diusulkan untuk misi TIA-GT agar sesuai dengan landasan pembangunan di RPJMN.
Program yang diusulkan Indonesia nantinya akan dibahas dalam lokakarya tiga negara tersebut di Darwin, Australia, Februari 2015.
Wismana menuturkan salah satu misi TIA-GT untuk membangun daerah perbatasan sangat sesuai dengan konsep pembangunan yang dirancang Bappenas dan masih dibahas di rancangan RPJMN.
Dalam RPJMN 2015--2019 pemerintah mencanangkan tujuan pembangunan dengan salah satu sasaran yakni pembangunan antarwilayah dan kewilayahan, selain sasaran dampak ekonomi, dan sasaran sektor-sektor prioritas.
Sasaran pembangunan antarwilayah itu dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan ekonomi antarwilayah di Indonesia yang masih cukup besar. Salah satu indikasi ketimpangan itu adalah kontribusi perekonomian wilayah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang masih didominasi Pulau Jawa sebesar 58 persen dan Sumatera 22 persen.
Indeks ketimpangan ekonomi dalam "koefisien gini" juga masih besar yakni 0,41.
Adapun kerja sama dalam kerangka TIA-GT ini difokuskan untuk daerah Timor Leste, Indonesia bagian timur dan Australia bagian utara.
Lebih lanjut, Wismana menuturkan pembangunan daerah perbatasan itu tidak akan hanya ditekankan pada aspek ekonomi, namun juga sosial dan budaya untuk meningkatkan kualitas relasi individu dari ketiga negara.
"Kami selain di infrastruktur, konektivitas, juga sosial, budaya, dan olahraga," ujar dia.
Dia meyakini, pelaksanaan program TIA-GT ini dapat memberikan banyak keuntungan untuk pembangunan di Indonesia.
Inisiasi kerja sama tiga negara ini berawal pada tahun 2012 ketika adanya pertemuan antara presiden Susilo Bambang Yudhoyono, PM Timor Leste Xanana Gusmao dan mantan perdana menteri Australia Julia Gillard.
Peristiwa tersebut berlangsung di sela acara Bali Democracy Forum V di Nusa Dua, Bali, November 2012.
(I029)
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015