Jakarta (ANTARA News) - Produksi pelumas dalam negeri saat ini dalam kondisi kelebihan kapasitas, di mana total kapasitas 1,8 juta kilo liter per tahun menghasilkan omzet Rp7 triliun, sementara potensi pasarnya hanya sebesar 850 ribu kilo liter per tahun.
"Saat ini terdapat lebih dari 20 pabrik pelumas atau Lube Oil Blending Plant (LOBP) di Indonesia, namun terjadi over capacity," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin di Bekasi, Selasa.
Menperin mengatakan, hal tersebut menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh industri pelumas dalam negeri.
Selain itu, tambah Menperin, industri pelumas juga mendapat tantangan lain dengan adanya impor produk pelumas yang meningkat 50 persen dalam empat tahun menjadi 300 ribu kilo liter pada 2013 dari 200 ribu kilo liter pada 2010.
Menperin menyampaikan, bahan baku dan bahan aditif industri pelumas dalam negeri sebagian besar masih impor, sehingga di Indonesia, industri ini masih sebatas formulasi dan pencampuran (compounding).
"Oleh karena itu, perlu adanya rantai pasok yang terintegrasi antara sektor hulu (upstream) dan hilir (downstream) atau antara bahan baku berupa lube base oil dengan produk pelumas," kata Menperin.
Dengan hadirnya pabrik pelumas Shell di Kawasan Industri Marunda Center, yang akan mulai beroperasi pada pertengahan 2015, Menperin mengatakan, impor pelumas diprediksi bisa dikurangi.
"Dengan mereka (Shell) memproduksi pelumas di Indonesia, maka bisa mengurangi impor," ujar Menperin.
Selain itu, tambah Menperin, produksi pelumas tersebut memberikan lebih banyak pilihan kepada masyarakat tentang produk pelumas, terutama dari sisi kualitas.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015