Ankara (ANTARA News) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin (12/1) mengatakan Turki akan terus mendukung rakyat Palestina untuk bisa mendirikan Negara Merdeka.
"Keinginan terbesar Turki ialah menyaksikan Negara Palestina Merdeka dengan perbatasan sebelum 1967 dan Jerusalem sebagai ibu kotanya. Turki akan terus mendukung rakyat Palestina untuk mewujudkan sasaran ini," kata Erdogan dalam satu taklimat bersama dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang sedang berkunjung, di Ibu Kota Turki, Ankara, setelah pembicaraan resmi mereka.
Dengan mengutip tindakan di beberapa parlemen dan pemerintah di Eropa untuk mengakui Negara Palestina, Presiden Turki tersebut berkata, "Israel mesti menerjemahkan pesan masyarakat internasional secara benar."
Ia juga menekankan pentingnya persatuan di kalangan faksi Palestina, demikian laporan Xinhua. Ia menambahkan Turki siap melancarkan segala upaya untuk memberi sumbangan bagi perujukan HAMAS dengan Fatah.
Pada gilirannya, Abbas menyambut baik upaya Turki bagi kebaikan rakyat Palestina yang dilakukan secara bilateral dan di kancah internasional.
Abbas menyatakan rakyat Palestina bertekad untuk mendirikan Negara Merdeka dengan perbatasan pra-1967 dan beribukotakan Jerusalem. Ditambahkannya, Pemerintah Turki sedang mempertimbangkan paket baru bantuan buat rakyat Palestina.
Presiden Palestina itu juga memperingatkan bahwa serangan Israel terhadap Masjid Al-Aqsha dapat mengakibatkan perang agama.
Pada Senin, Erdogan juga mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena berani menghadiri pawai solidarits anti-teror di Paris, dan menuduh dia memimpin terorisme negara terhadap rakyat Palestina.
Pernyataan tersebut, yang dikeluarkan dalam taklimat di Ankara bersama Presiden Palestina Mahmoud Abbas, adalah serangan kata-kata paling akhir terhadap Netanyahu oleh Erdogan. Hubungan Turki, di bawah Erdogan, dengan Israel telah memburuk terus.
Ia mengatakan ia "nyaris tak bisa mengerti bagaimana Netanyahu berani pergi" ke pawai besar pada Ahad (11/1) di Ibu Kota Prancis, Paris, dan mendesak dia "agar membuat perhitungan bagi anak-anak dan perempuan yang telah kau bantai".
Abbas dan Netanyahu, serta Perdana Menteri Turki Ahmed Davutoglu, bergabung dalam pawai solidaritas tersebut untuk mengenang 17 orang yang tewas dalam serangan pekan lalu.
Namun Erdogan mengatakan Netanyahu tak berhak ada di sana, setelah hampir 2.200 orang Palestina --kebanyakan warga sipil-- telah tewas dalam pembantaian oleh Israel di Jalur Gaza, yang dikuasai HAMAS, awal tahun lalu.
Pada 2009, Erdogan meninggalkan podium di Froum Ekonomi Dunia, setelah pertengkaran dengan presiden Israel saat itu, Shimon Peres.
"Turki akan terus memerangi ... aksi kejam Israel, yang tak mengenal hukum," kata Presiden Turki itu.
Pawai di Paris, yang dihadiri oleh 1,5 juta orang, membuat Netanyahu dan Abbas berada berdekatan, sementara pembicaraan perdamaian Timur Tengah telah lama macet.
(C003)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015