Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menegpora) Adhyaksa Dault meminta seluruh lapisan masyarakat agar tidak mematahkan semangat tim sepakbola Indonesia Umur 23 tahun (U-23) yang babak belur di penyisihan Asian Games Doha 2006. Pernyataan Adhyaksa yang juga Ketua Tim Monitoring itu disampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat RI di Gedung DPR RI Senayan Jakarta, Senin. "Jangan patahkan semangat tim sepakbola PSSI. Kita harus dorong mereka agar berprestasi karena mereka sebenarnya lebih difokuskan ke SEA Games Thailand 2007 mendatang," kata Adhyaksa menanggapi berbagai pertanyaan anggota Dewan sehubungan dengan hasil buruk yang diraih tim asuhan pelatih Foppe de Haan itu. Adhyaksa juga menjelaskan bahwa KONI Pusat memutuskan mengirim sepakbola setelah Federasi Sepakbola Asia (AFC) sempat "menegur" PSSI karena Indonesia sudah 20 tahun tidak tampil di Asian Games dan selain itu, Indonesia juga akan menjadi tuan rumah Piala Asia 2007. Meski sudah berlatih berbulan-bulan di Belanda dan dikabarnya menghabiskan dana sebesar Rp28 miliar, tim Indonesia menjadi bulan-bulanan ketika dikalahkan Irak 0-6 dan 1-4 menghadapi Suriah. Terakhir, ditahan imbang Singapura, negara tetangga berpenduduk tiga juta dengan skor 1-1 untuk menjadi juara kunci Grup B. "Mereka sudah berusaha sekuat tenaga dan tidak mungkin untuk meraih prestasi hanya dalam hitungan enam bulan. Selain itu, Irak tetap tim kuat, meski negara itu dalam kondisi perang," kata Adhyaksa menambahkan. Hasil menyedihkan yang dicapai sepakbola Indonesia yang untuk pertama kali kembali bersaing di pentas Asian Games setelah absen selama 20 tahun itu mendapat sorotan tajam dari anggota Komisi X DPR yang dipimpin Ketua Irwan Prayitno. Muchtar Ayub, salah seorang anggota Komisi X DPR menyatakan keheranannya bagaimana sebuah tim dari negara yang masih diamuk perang bisa dengan mudahnya mengalahkan tim sepakbola Indonesia, sebuah negara yang sekarang aman dan tentram. Bahkan Muchtar Ayub menyarankan agar dana untuk sepakbola dialihkan dan difokuskan kepada cabang olahraga lain yang lebih berprestasi. "Melihat hasil seperti ini, sepakbola sebaiknya hanya cukup bertanding di kompetisi dalam negeri saja dan tidak dikirim ke luar negeri kalau hasilnya hanya kalah memalukan," katanya menambahkan. Angelina Sondakh, anggota Komisi X lainnya, juga tidak mau ketinggalan mengomentari hasil yang dicapai tim sepakbola Indonesia yang menjadi cabang olahraga pertama angkat koper dari Doha. "Saya dapat masukan dari Mas Aji, maksud saya Asosiasi Jurnalis Independen soal sepakabola. Saya memang bukan pemain sepakbola, tapi setahu saya, tim sepakbola berlatih di satu klub saja di Belanda," kata Angelina sambil bercanda, seperti merujuk kedekatan hubungannya dengan sesama anggota DPR yang juga artis Adji Massaid. Dalam raker yang berlangsung sekitar tiga jam itu, Komisi X DPR-RI memberikan apresiasi terhadap Tim Monitoring Kantor Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI yang telah melakukan telaahan terhadap prestasi olahraga nasional. Komisi X juga meminta Menegpora RI meningkatkan kinerja Tim Monitoring agar dapat berjalan lebih optimal, serta menindaklanjuti hasil kajian Tim Monitoring, dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan. Untuk mengintensifkan rekruitmen atlet olahraga sejak dini melalui jenjang pendidikan formal yang ada, Komisi X menilai bahwa perlu dilakukan revitalisasi peran dan fungsi Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar (PPLP) dan Pusat Pembinaan dan Latihan Mahasiswa (PPLM) serta sarana dan prasarana olahraga penunjang, sehingga pelatihan olahraga berprestasi bisa fokus dan efektif. "Komisi X DPR dan Menegpora RI sepakat untuk mendorong peningkatan dukungan APBN bagi pembinaan atlet berprestasi melalui skenario pendanaan olahraga yang berkelanjutan. Selain itu, perlu ada pengkajian sosiologis serta pemantauan dan pengembangan bakat, minat, dan kemampuan calon atlet sejak dini dan melibatkan para psikolog," kata Irwan saat membaca kesimpulan rapat kerja. Menegpora juga diminta untuk lebih aktif melakukan sinergi program dengan Departemen Pendidikan Nasional RI, khususnya mengenai pemberdayaan PPLP dan PPLM, pemberian bea siswa atlet berprestasi untuk studi ke luar negeri . Untuk 2007, disepakati untuk mengalokasikan sebanyak 50 paket bea siswa untuk pelatihan di luar negeri, dengan unit cost 8000 dolar AS, serta kerja sama lintas departemen untuk kepentingan keolahragaan nasional. (*)
Copyright © ANTARA 2006