Roma (ANTARA News) - Fabio Cannavaro memperoleh pengakuan berkat penampilannya yang menonjol dalam mengantarkan Italia menuju kemenangan Piala Dunia, ketika hari Senin ia dinyatakan sebagai Pemain Terbaik Eropa 2006. Kapten Italia itu merupakan 'batu karang' di jantung pertahanan yang hanya kebobolan dua gol dalam tujuh pertandingan, yakni sebuah gol bunuh diri dan tendangan penalty - dalam perjalanan mereka meraih gelar Piala Dunia untuk keempat kalinya di Jerman. Kekuatan Cannavaro adalah visinya, pencegatannya yang tepat waktu, dan taklingnya yang teoat, dan meskipun tinggi badannya tidak luar biasa, namun pria Neapolitan berusia 33 tahun itu sangat hebat dalam duel udara, demikian menurut laporan AFP. Keras dan fair, ia kurang mendapat perhatian di sepanjang Piala Dunia. "Ballon d`Or" (Bola Emas) diciptalan tahun 1956 oleh majalah sepakbola Perancis, Sepakbola Perancis, dan diberikan kepada pemain yang dianggap berpenampilan terbaik sepanjang tahun bersangkutan. Suara diambil dari para wartawan sepakbola terkemuka Eropa. Ia adalah orang Italia kelima yang menerima "Ballon D`Or" setelah Omar Sivori (1961), Gianni Rovera (1969), Paolo Rossi (1982), dan Roberto Baggio (1993). Bek terakhir yang menerima penghargaan tersebut adalah Mathias Sammer dari Jerman di tahun 1996. Cannavaro memulai karir profesionalnya bersama klub tempat kelahirannya, Napoli, tempat ia menjadi seorang anak gawang, dan melakukan debut Seri A melawan Juventus Maret 1993. Klub Napoli megalami kelumpuhan akibat masalah keuangan pada waktu itu setelah kepergian penyerang legendaris Argentina, Dieo Maradona dan dipaksa untuk menjualnya ke Parma dua tahun kemudian. Bermain di sisi pemain internasional Perancis, Lilian Thuram dan di depan penjaga gawang Italia, Gianluigi Buffon, Cannavaro mengembangkan bakatnya dan membantu Parma menduduki tenpat kedua di tahun 1977, tempat tertinggi mereka di divisi papan atas tersebut. Di musim 1998-99, ia membantu Parma meraih UEFA Cup dan Piala Italia. Tahun 2002, ia bergabung dengan Inter Milan, tempat ia bermain untuk klub tersebut selama dua tahun, sebelum bergabung dengan Juventus, tempat ia bergabung kembali dengan Thuran dan Buffon. Ia membantu Juve menjadi juara Seri A di musim 2004/05 dan 2005/06, tetapi klub Turin tersebut kemudian dicabut gelarnya dan diturunkan ke divisi kedua setelah terbukti melakukan pengaturan pertandingan. Beberapa saat setelah kemenangan Italia di Piala Dunia, Cannavaro bergabung dengan klub raksasa Sanyol, Real Madrid. Cannavaro dianggap sebagai seorang model peran di Italia, tetapi citranya yang bersih ternoda tahun lalu, ketika siaran resmi Italia, RAI, menayangkan video dimana ia meggunakan suatu tetesan menjelang final UEFA Cup 1999. Film itu menunjukkanCannavaro menggunakan jaruh yang ditusukkan ke tangannya di kamar hotelnya di Moskow. Bahan kimia yang digunakan kemudian dikenali sebagai neoton, obat penguat jantung yang tidak terdapat dalam daftar obat terlarang Badan Anti Doping Dunia (WADA). Parma mengalahkan klub Perancis, Marseille 3-0 di final. (*)
Copyright © ANTARA 2006