Jakarta (ANTARA News) - Calon Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Budi Mulya, mengusulkan BI perlu lebih memperlihatkan dirinya berempati dan bersimpati kepada sektor riil demi mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. "Dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, dalam pandangan saya, sebagai sebuah lembaga, BI perlu membuktikan dirinya bahwa ia memiliki empati dan simpati kepada sektor riil yang pada hakekatnya adalah sumber pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya," kata Budi Mulya dalam rapat Komisi XI DPR dalam rangka "fit and proper test" calon Deputi Gubernur BI, di Jakarta, Senin. Salah satu pandangan dan pemikiran Budi Mulya mengenai hal ini adalah BI harus menyediakan dirinya sebagai database perekonomian nasional yang dapat dimanfaatkan semua pihak, baik pemerintah (termasuk pemerintah daerah), indutri perbankan, pelaku usaha, kalangan akademisi dan pihak lain yang berkepentingan. "Saya memandang bahwa BI perlu lebih membuka dirinya dengan melayani permintaan para 'stakeholders'-nya, termasuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)," kata Budi Mulya dalam rapat yang dipimpin oleh Ketua Komisi XI DPR, Awal Kusumah. Dengan demikian, kata Budi Mulya, data dan informasi mengenai sektor riil, keahlian dan kompetensi karyawan, jaringan kantor dan berbagai 'resources' penting lainnya yang dimiliki BI, dapat bernilai strategis karena dimanfaatkan secara langsung untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemikiran lainnya, kata Budi Mulya, adalah mendorong kelancaran fungsi intermediasi sekaligus mendorong pengembangan industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam melayani sektor UMKM. "Kembalikan keberadaan dan fungsi BPR kepada khitahnya, yaitu melayani masyarakat kecil dan UMKM, terutama yang berada di pedesaan," kata pria yang pernah menjabat sebagai Direksi PT Bank Ekspor Indonesia (Persero) periode 1999-2003 itu. Selain masalah sektor riil, Budi Mulya melontarkan beberapa pemikiran dan pandangan ke depannya mengenai BI, yakni BI perlu mengambil inisiatif untuk menjadi fasilitator dalam "pilot project" pengembangan potensi ekonomi masyarakat. Pemikiran Budi Mulya lainnya adalah penataan kembali industri perbankan nasional melalui revitalisasi keberadaan dan pelaksanaan peran bank-bank BUMN, membuat "blue print" sistem pembayaran yang komprehensif sebagai langkah modernisasi, pelaksanaan pemenuhan "international standard" yang tetap mempertimbangkan kondisi perekonomian Indonesia. Dan pemikiran terakhir Budi Mulya yakni pelaksanaan "governance" dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia internal yang kompeten. Budi Mulya akan bersaing dengan Muliaman D. Hadad yang saat ini menjabat Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI, untuk menggantikan posisi Maman Soemantri yang akan habis masa jabatannya. (*)
Copyright © ANTARA 2006