...infrastruktur pendukung untuk pemanfaatan "e-money" masih belum banyak
Yogyakarta (ANTARA News) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Arief Budi Santoso, menyatakan sampai saat ini penggunaan uang elektronik di daerah ini masih rendah karena belum didukung infrastruktur yang memadai.
"Masyarakatnya belum terbiasa (menggunakan uang elektronik) dan kami akui infrastruktur pendukung untuk pemanfaatan "e-money" masih belum banyak," kata Arief di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, selain belum didukung dengan infrastruktur yang memadai, jumlah "merchant" atau penjual barang dan jasa yang menerima pembayaran dengan uang elektronik masih sedikit.
"Untuk Yogyakarta memang sudah ada beberapa toko modern yang memiliki fasilitas pembayaran menggunaan uang elektronik, namun jumlahnya masih sedikit," kata dia.
Selain persoalan infrastruktur, ia mengatakan, kebiasaan masyarakat untuk menggunakan uang fisik atau tunai sebagai alat transaksi belum membudaya, sehingga bagi masyarakat uang elektronik masih belum dipandang sebagai kebutuhan.
Padahal, kata dia, inisiatif awal dari peluncuran uang elektronik oleh Bank Indonesia (BI) di tengah-tengah masyarakat selain untuk mendukung efisiensi peredaran uang juga bertujuan untuk mengurangi tindak pidana kejahatan.
"Pola pikir pembayaran dengan uang tunai juga masih melekat di kalangan masyarakat," kata dia.
Meski demikian, pihak KPBI DIY, menurut dia, akan terus mendorong peningkatan penggunaan uang elektronik di daerah setempat, melalui sosialisasi yang akan terus dilakukan di berbagai lapisan masyarakat.
"Untuk 2015 ini sosialisasi uang elektronik masih akan kami lakukan secara perlahan dan terus menerus," kata Arief.
Hingga saat ini, kata dia, terdapat empat bank yang menyediakan layanan untuk penukaran uang non-tunai atau uang elektronik , yakni BRI dengan produk uang elektronik "Brizzi", BNI dengan "Top Cash", BCA dengan "Flazz", dan Bank Mandiri dengan "E-money".
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015