Pangkalan Bun, Kalimantan Tengan (ANTARA News) - Kotak hitam yang menyimpan perekam data penerbangan Flight Data Recorder (FDR) dan perekam suara kokpit Cockpit Voice Recorder (CVR) dari pesawat Air Asia QZ8501 diduga telah terpisah dari ekor pesawat.
"Tidak ada (di ekor pesawat). Jadi kemungkinan sudah berpisah dengan ekornya," kata Direktur Operasional Basarnas Marsekal Pertama SB Supriyadi dalam keterangan pers di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Sabtu.
Dia mengatakan letak pasti dari benda yang mengeluarkan signal itu belum dapat ketahui. "Letaknya belum bisa kita pastikan, masih berupa kemungkinan-kemungkinan".
Sebelumnya diberitakan beberapa kapal yang dilengkapi dengan pinger locater telah menangkap sinyal yang diduga dari kotak hitam pesawat AirAsia yang dicari.
Sinyal tersebut, menurut Supriyadi, satu kilometer (km) sebelah tenggara dari ekor pesawat yang ditemukan.
"Lebih dan kurangnya seperti itu, sehingga sekarang upaya mendeteksi dengan pinger ini terus dilakukan supaya dapat lokasinya yang tepat, sehingga nanti penyelam bisa turun ke lokasi yang tepat," ujar dia.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Marsma TNI (Purn) Tatang Kurniadi mengatakan sinyal dari pinger kotak hitam akan keluar selama 30 hari. Jika baterai habis dan sinyal sudah tidak keluar, maka pencarian akan diteruskan dengan menggunakan wahana bawah laut yang dioperasikan dari jarak jauh atau remotely operated vehicle (ROV) dan tentunya mengandalkan penyelam.
Berdasarkan laporan dari tim KNKT di lokasi pencarian, Tatang mengatakan lokasi pastinya belum diketahui. Skenario terburuk pinger yang menghasilkan sinyal terlontar dari kotak hitam.
Pengalaman dari kasus jatuhnya pesawat Adam Air, menurut dia, pinger terpisah dari kotak hitam. Kotak hitam akhirnya ditemukan setelah delapan bulan peristiwa itu dan berjarak 50 meter dari pesawat.
"Padahal ya pencarian kotak hitamnya juga sudah bolak-balik di sekitar pesawat, tapi pingernya memang terlontar jauh, sementara kotak hitamnya tidak begitu jauh," ujar dia.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015