Jakarta, (ANTARA News) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Umar Anggara Jenie menegaskan perlunya dua helipad ukuran 20x20 meter di Kebon Raya Bogor (KRB) dibongkar untuk dikembalikan ke fungsi semula. "Fungsi Kebon Raya Bogor adalah konservasi flora ex situ (tanaman dari luar daerah setempat -red) karena itu harus dalam posisi yang sehat," kata Umar kepada wartawan di Jakarta, Senin (27/11). Ditambah lagi posisi Indonesia sebagai anggota kebon raya internasional dan menjabat sebagai Wakil Presiden Asian Botanical Garden Association terikat dalam keharusan melakukan konservasi. Sebagai tempat yang juga mengkoleksi seluruh tanaman di Indonesia diharapkan jika suatu kali ada jenis yang dibutuhkan KRB bisa memenuhinya, katanya. Fungsi KRB juga sebagai tempat penelitian dengan tujuan domestikasi berbagai flora yang bukan asli Indonesia, sebagai pendidikan dan peningkatan pengetahuan mengenai flora, dan terakhir baru sebagai tempat rekreasi. Ia mengakui sebelum dilakukan pembangunan helipad, bersama instansi lainnya, LIPI telah diajak bicara, namun demikian sebagai suatu bangsa yang menghormati tamu pihaknya terpaksa menuruti. "Kalau mau jujur kita tidak mau, jadi kalaupun akhirnya dibangun helipad, kami menginginkan selesai acara, helipad itu segera dibongkar," katanya. Untuk membongkar helipad tersebut, ujarnya, membutuhkan waktu 1-1,5 minggu, sedangkan untuk mengembalikannya ke kondisi normal membutuhkan waktu sekitar sebulan. Soal pembangunan dan pembongkaran ia mengaku tidak mengetahui biayanya karena menjadi tanggung jawab Departemen Pekerjaan Umum. Sementara itu Kepala KRB Irawati, mengatakan bergembira George Bush tidak jadi menggunakan helipad tersebut, karena berdampak tidak bagus pada tanaman-tanaman di sekitarnya. "Dengan langsung dibongkar mudah-mudahan kapok tidak berniat lagi membangun helipad lagi di KRB, apalagi tempat itu tidak jadi digunakan," katanya.(*)

Copyright © ANTARA 2006