Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin pagi, menguat tujuh poin menjadi Rp9.130/9.134 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu pada level Rp9.134/9.141. "Rupiah menguat, setelah sejumlah pakar ekonomi menyatakan keyakinan mereka ekonomi Indonesia pada 2007 akan semakin baik," kata Head of Trading PT Bank Niaga Tbk, Noel, di Jakarta, Senin. Ia mengatakan prospek ekonomi Indonesia yang cenderung membaik sejak kuartal ketiga memberikan sentimen positif terhadap valuta asing, khususnya rupiah. Oleh karena itu, posisi rupiah sejak itu tidak jauh berada dalam kisaran yang sempit antara Rp9.100 sampai Rp9.150 per dolar AS, meski sempat mendekati level Rp9.200 per dolar AS, akibat aksi lepas obligasi oleh asing namun akhirnya kembali mendekati level Rp9.100 per dolar AS, katanya. Menurut dia, rupiah terhadap dolar AS masih dalam kisaran antara Rp9.100 sampai Rp9.150 per dolar AS yang didukung oleh faktor fundamental ekonomi makro Indonesia yang makin membaik. "Fundamental ekonomi nasional yang membaik itu diwujudkan dengan kecenderungan rupiah yang makin stabil terhadap dolar AS," katanya. Dikatakannya meski rupiah masih akan bertengger di kisaran Rp9.100 sampai Rp9.150 per dolar AS, mata uang lokal itu agak sulit untuk bisa berada di bawah level Rp9.000 per dolar AS, karena para spekulan maupun eksportir tidak menginginkan tingkat nilai mata uang lokal itu berada di bawah Rp9.000 per dolar AS. Investor asing yang aktif bermain di pasar modal Indonesia melakukan aksi beli saham, sehingga mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) berada di level 1.700 poin yang memberi efek mendorong rupiah bertengger di level Rp9.123 per dolar AS, katanya. "Kami yakin pelaku lokal maupun asing akan aktif bermain di pasar domestik dengan melakukan pembelian rupiah, meski ada beberapa BUMN yang membutuhkan dolar AS untuk membayar utang yang jatuh tempo, seperti Pertamina dan PLN, yang sempat menekan rupiah cukup tajam," tambahnya. Menurut dia, aktivitas pasar agak ramai, karena pelaku memburu rupiah, sehingga mata uang lokal itu sempat mengalami kenaikan 13 poin, namun kemudian kembali terkoreksi sehingga kenaikan hanya sekitar tujuh poin. Hal ini disebabkan pelaku lokal masih menunggu aksi dari pelaku asing yang masih menunggu kelanjutan dari laporan indikator ekonomi AS mengenai defisit transaksi berjalan yang terus merangkak naik, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006