Blitar (ANTARA News) - Oen Yon Hok, ibunda Ruth Natalia M Puspitasari (26), salah seorang penumpang AirAsia tujuan Surabaya-Singapura yang jatuh di Selat Karimata, Kalimantan Tengah, tidak ikut menyambut jenazah saat tiba di tempat penitipan Wisma Paramita.
"Ibunya sakit. Sebelumnya sudah sakit dan baru operasi di Singapura dan kondisinya lebih parah lagi sejak tahu anaknya ikut dalam pesawat itu dan meninggal dunia," kata Wiyanto Hermawan, salah seorang kerabat almarhum saat ditemui di tempat penitipan jenazah, Wisma Paramita, Kota Blitar, Jawa Timur, Kamis.
Ia mengatakan, keluarga lega dengan sudah ditemukannya Natalia, sekaligus sedih, sebab ia meninggal dunia. Terlebih lagi, saat akan pamitan berlibur, ia mengatakan akan berangkat menggunakan pesawat China Airlines, tapi nyatanya AirAsia.
Untuk saat ini, keluarga juga belum memikirkan terkait dengan klaim asuransi. Keluarga saat ini fokus untuk rencana pemakaman Ruth Natalia yang akan dilakukan pada Jumat (9/1) di Karangan, Kecamatan Wlingi, dekat dengan rumah. Rencananya pemakaman akan dimulai pukul 10.00 WIB dari tempat penitipan dan langsung ke lokasi pemakaman.
"Kami belum urus sama sekali (terkait klaim). Yang penting, jenazah ketemu dan kami bersyukur bisa ketemu, walaupun kami juga merasa kehilangan," ujarnya.
Keluarga ikut serta menjemput jenazah di Surabaya, dan langsung dibawa ke Wisma Paramita, Kota Blitar. Kedatangan jenazah juga dikawal oleh petugas dan disambut sejumlah kerabat, dan langsung disemayamkan di tempat tersebut.
Sementara itu, Wakil Bupati Blitar Rijanto mengatakan pemerintah daerah memudahkan untuk pengurusan jenazah korban jatuhnya pesawat AirAsia tersebut. Pemerintah juga ikut mengucapkan duka mendalam pada keluarga korban.
"Kami memudahkan untuk pengurusan administrasi," katanya.
Pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ 8501 tujuan Surabaya-Singapura hilang setelah melakukan kontak terakhir pada Minggu (28/12/2014) pukul 06.17 WIB. Seharusnya, pesawat mendarat di Singapura pada pukul 08.30 waktu setempat atau pukul 07.30 WIB.
Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015