"Dividen Bank BUMN akan diturunkan menjadi sekitar 20 persen saja, dari sebelumnya sebesar 30 persen," kata Rini, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu malam.
Menurut Rini, dirinya menyambut baik usulan direksi Bank BUMN menurunkan setoran dividen demi pengembangan usaha dan dapat lebih berkompetisi.
"Kami menyetujui itu, namun masing-masing bank berbeda antara Bank BRI, Mandiri, BNI, maupun BTN, saya tidak ingat detilnya," ujarnya.
Ia menambahkan, saat ini perbankan nasional dihadapkan pada keharusan peningkatan capital adequacy ratio (CAR/rasio kecukupan modal dibandingkan dengan penyaluran kredit).
"Kalau dilihat sekarang dibandingkan perbankan dari negara ASEAN yang lain kita cukup rendah. Dengan ekonomi yang begitu besar seharusnya perbankan Indonesia lebih baik, lebih tinggi dan lebih besar," ujarnya.
Namun dikatakan Rini, selama Bank BUMN terus menyetorkan dividen pada tingkat yang tinggi, sehingga modalnya tidak maksimal.
Secara keseluruhan pemerintah mengusulkan adanya penurunan setoran dividen BUMN pada APBN-P 2015 dari sebelumnya Rp44 triliun, menjadi sekitar Rp35 triliun.
"Penurunan rasio setoran dividen disesuaikan dengan sektor usaha dan kondisi bisnis perseroan. Perusahaan energi seperti Pertamina, perusahaan jasa seperti konstruksi bisa menurunkan setoran untuk pengembangan usaha," ujarnya.
Selain menurunkan dividen ada juga BUMN yang sama sekali tidak menyetor dividen karena memang menderita rugi seperti PT Garuda Indonesia Tbk, PT Aneka Tambang Tbk dan PT Krakatau Steel Tbk.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015