Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, mengatakan mata uang rupiah kembali melemah terhadap dolar AS seiring investor lebih meminati mata uang Amerika Serikat karena relatif aman dalam menjaga nilai aset di tengah masih melambatnya perekonomian global.
"Di tengah fokus pasar terhadap hasil pertemuan Federal Reserve pada tanggal 16-17 Desember lalu yang rencananya akan di rilis pada Rabu (7/1) waktu Amerika Serikat, membuat investor cenderung melepas sebagian aset berisikonya dan membuaru aset safe haven," katanya.
Ia mengemukakan hasil pertemuan Federal Reserve itu akan menunjukkan tanda-tanda kapan dinaikkannya suku bunga AS (the Fed). Jika hasilnya menandakan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat, maka rupiah berpotensi kembali mengalami pelemahan.
"Namun, jika hasilnya menunjukkan kenaikan suku bunga tidak dilakukan dalam waktu dekat maka rupiah diperkirakan mengalami apresiasi," katanya.
Sementara itu, Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan pertumbuhan ekonomi global yang masih lesu telah menimbulkan keraguan akan waktu untuk kenaikan suku bunga AS dalam waktu dekat.
"Kemungkinan the Fed untuk menaikkan suku bunga dalam waktu dekat ini cukup kecil di tengah yield rata-rata obligasi AS yang cenderung mengalami penurunan," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu (7/1) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.732 dibandingkan hari sebelumnya, Selasa (6/1) di posisi Rp12.658 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015