Jakarta (ANTARA News) - Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Perlindungan Anak dari Zat Adiktif menuntut penghentian iklan rokok dari Sampoerna, A Mild, bertema Mula Mula Malu Malu Lama Lama Mau karena tidak senonoh.
"PT HM Sampoerna Tbk harus menghentikan penayangan iklan rokok Sampoerna A Mild versi Mula Mula Malu Malu Lama Lama Mau tersebut di seluruh wilayah Indonesia," kata juru bicara Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Perlindungan Anak dari Zat Adiktif, Hery Chariansyah, lewat keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Dia juga mendesak PT HM Sampoerna Tbk agar meminta maaf kepada masyarakat Indonesia karena telah menyajikan tampilan visualisasi iklan yang tidak mencerminkan budaya ketimuran itu.
"Iklan yang menggambarkan seorang laki-laki sedang merangkul punggung seorang perempuan dengan mesra itu tidak sesuai dengan budaya kita dan mengajarkan pergaulan bebas," katanya.
Dia mengatakan iklan tersebut menjamur di beberapa tempat seperti di papan iklan di jalan-jalan strategis Jakarta beberapa hari terakhir.
"Kita bisa menemukan billboard iklan rokok Sampoerna A Mild itu seolah mengindikasikan bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan itu pada mula-mulanya malu-malu tetapi lama-lama mau," kata dia.
Kata dan gambar pasangan dalam iklan "Sampoerna A Mild" tersebut, kata dia, seharusnya tidak pantas untuk ditampilkan, karena visualisasi itu dapat ditafsirkan untuk hal-hal yang tidak senonoh dan bertentangan dengan norma sosial yang ada di masyarakat.
"Kami menyayangkan mengapa pihak produsen rokok Sampoerna A Mild, PT HM Sampoerna Tbk memilih visualisasi iklan pasangan muda mudi tersebut yang tidak mencerminkan budaya ketimuran," kata dia.
Menurut dia, iklan tersebut ditempatkan di tempat umum yang bisa dilihat oleh siapa saja, termasuk anak-anak.
"Iklan tak senonoh tersebut berada di titik-titik strategis yang dapat diakses oleh anak-anak yang seharusnya belum patut menerima terpaan gambar tersebut," katanya.
Hery mengkhawatirkan tampilan iklan yang mengumbar perilaku yang bebas bisa memberikan dampak yang buruk terhadap perkembangan psikologi anak. Mereka akan menyerap iklan tersebut menjadi sebuah hal yang lazim dan bahwa berpacaran dan berpelukan di depan umum dapat diterima sebagai suatu hal yang patut.
(A061)
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015