Jakarta (ANTARA News) - Virus flu dalam hidung dapat mereproduksi dirinya sendiri secara lebih efisien pada suhu yang lebih dingin dibandingkan suhu tubuh, menurut studi terbaru dari Universitas Yale.

Para peneliti mengatakan, temuan ini dapat mengkonfirmasi pendapat lama kalau orang-orang lebih mudah terserang flu pada cuaca dingin.

Selama ini telah diketahui penyebab paling umum flu yakni rhinovirus, lebih mampu mereplikasi diri pada lingkungan lebih dingin di rongga hidung ketimbang di dalam paru-paru yang lebih hangat.

Namun, belum ada yang memfokuskan pada hubungan antara suhu tubuh dan respon imun. Untuk mempelajari hal ini, penulis senior dan profesor immunobiologi Universitas Yale, Akiko Iwasaki, dan peneliti lainnya, Ellen Foxman, melakukan percobaan menggunakan sel yang diambil dari pernafasan tikus.

Mereka lalu membandingkan respon imun rhinovirus saat sel diinkubasi pada suhu 37 derajat Celcius atau pada suhu inti tubuh dan suhu yang lebih dingin, 33 derajat Celcius.

"Kami menemukan, respon sistem imun pada rhinovirus mendapat gangguan pada suhu yang lebih rendah," kata Iwasaki seperti dilansir laman publik Universitas Yale.

Sekalipun penelitian dilakukan pada sel tikus, para peneliti mengatakan temuan mereka menawarkan petunjuk yang bermanfaat bagi manusia terutama 20 persen orang yang memiliki rhinovirus dalam hidungnya.

Dengan kata lain, para peneliti setuju kalau orang harus menjaga dirinya tetap hangat termasuk hidungnya untuk terhindar dari flu.

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015