Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak melemah sebesar 58 poin menjadi Rp12.578 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.520 per dolar AS.
"Kinerja dolar AS kembali menggerus kinerja nilai tukar rupiah pada awal pekan ini. Tajamnya pelemahan mata uang euro menjadi salah satu pendorong dolar AS terapresiasi terhadap mata uang utama dunia, termasuk rupiah," kata Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Senin.
Menurut dia, terapresiasinya dolar AS itu menyusul outlook kebijakan otoritas moneter Amerika Serikat yang kontras dengan negara maju lainnya. Bank Sentral Eropa dan Jepang akan melonggarkan kebijakan moneternya untuk membantu pemulihan ekonminya. Sementara Bank Sentral AS masih diproyeksian akan menaikan suku bunga acuan pada awal pertengahan tahun 2015.
Di sisi lain, lanjut dia, investor di dalam negeri juga khawatir dengan outlook perekonomian Indonesia setelah data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada akhir pekan lalu (Jumat, 2/1) masih di bawah ekspektasi kalangan analis.
BPS mencatat neraca perdagangan November 2014 mengalami defisit sebesar 420 juta dolar AS. Sementara inflasi Desember 2014 mencapai 2,46 persen, lebih tinggi dari perkiraan Bank Indonesia (BI) yang sebesar 2,1--2,2 persen.
"Indonesia kembali mencatatkan defisit neraca perdagangan seiring ekspor tahunan yang menurun, dan inflasi juga di atas prediksi. Mata uang rupiah mungkin akan bergerak di kisaran Rp12.520-Rp12.680 per dolar AS pada perdagangan selanjutnya," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (5/1) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.589 dibandingkan hari sebelumnya, Jumat (2/12) di posisi Rp12.474 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015