Dakar (ANTARA News) - Para penyintas wabah Ebola dari tiga negara kawasan Afrika Barat akan berbagi pengalaman melalui aplikasi telepon pintar mulai Senin waktu setempat, demikian keterangan badan PBB untuk anak (UNICEF).
Menurut UNICEF, peluncuran program tersebut ditujukan untuk menghapus sejumlah stigma yang melekat pada mantan penderita Ebola.
Wabah Ebola tahun 2014 merupakan penyebaran terbesar sepanjang sejarah dengan angka kematian.
Angka kematian akibat Ebola, menurut perhitungan Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencapai lebih dari 7.900 jiwa dan jumlah kasus tercatat sebesar 20.000. Sebagian besar kasus terjadi di Guinea, Sierra Leone, dan Liberia.
Meski banyak yang selamat dari virus tersebut, sebagian besar dari mereka menerima penolak dan komunitas asal akibat stigma yang melekat pada Ebola.
Virus juga masih menyebar akibat kurangnya informasi, demikian keterangan dari WHO dan sejumlah organisasi kesehatan lainnya.
Kampanye berbagi pengalaman dari penyintas itu akan diberi tajuk #ISurvivedEbola dan didanai oleh yayasan milik filantropis asal Amerika Serikat sekaligus pendiri Microsoft, Paul G. Allen, yang sebelumnya telah menyumbang 100 juta dolar AS untuk memerangi Ebola.
UNICEF akan menjadi pihak yang mengkolaborasi proyek tersebut.
Para penyintas dari Guinea, Sierra Leone, dan Liberia akan diberi telepon pintar dan mendokumentasikan cerita mereka sendiri. Selain itu, para penyintas juga akan membagi sejumlah nasihat mengenai bagaimana cara menghadapi virus Ebola.
Semua cerita tersebut dapat dibaca sendiri oleh publik.
"Meski perawatan bagi pasien Ebola merupakan hal yang penting, cara terbaik untuk mengakhiri wabah Ebola di Afrika Barat adalah dengan memotong jalur penularan dan mencegah penyebaran infeksi," kata Rafael Obregon dari UNICEF dalam pernyataan tertulis.
"#ISurvivedEbola membantu upaya kami dengan menyediakan informasi dalam bentuk yang menghibur, termasuk testimoni langsung dari para penyintas," kata dia.
Di antara penyintas yang bersedia untuk berkontribusi dalam kampanye #ISurvivedEbola adalah Camara Fantaoulen dari Guinea yang kehilangan enam anggota keluarganya. Selain itu juga ada Decontee Davis, seorang pemudi 23 tahun asal Liberia yang berhasil selamat dari Ebola namun harus berpisah dengan tunangannya.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015