Khartoum (ANTARA News) - Pasukan Pemerintah Sudan bertempur melawan kelompok-kelompok gerilyawan untuk memperebutkan kendali atas kawasan strategis di Darfur yang dikoyak perang, kata kedua pihak, saat menyampaikan laporan-laporan yang saling bertentangan tentang perkembangan di lokasi itu.
AFP melaporkan, dalam operasi terbaru untuk mengakhiri konflik di Darfur, tentara mengatakan bahwa pada Kamis malam, pasukannya telah mendorong gerilyawan dari daerah Fanga di kawasan Jebel Marra, serta menewaskan sedikitnya 50 gerilyawan dan menghancurkan 50 kendaraan.
Namun kelompok Gerakan Pembebasan Sudan Minnawi, Jumat, membantah bahwa pasukannya telah mundur.
Juru bicara militer Kolonel Al-Sawarmy Khaled Saad mengatakan pasukan reguler dan pasukan kontroversial Pasukan Bantuan Cepat unit anti-pemberontakan telah kembali memukul mundur "sisa-sisa pemberontak dari daerah Fanga di kawasan timur Jabal Marra," menurut kantor berita SUNA.
"Kawasan Fanga mengelilingi jalan yang menghubungkan Nyala dan El Fasher," kota utama Darfur, kata Saad.
Tapi juru bicara SLM-Minnawi, Abdullah Mursal, mengatakan para petempur "menghancurkan sebagian besar kendaraan militer musuh dan mengambil sejumlah senjata," tanpa memberikan rincian korban.
Kawasan Fanga terletak di jalan yang menghubungkan El Fasher dan Nyala, ibukota Utara dan Selatan negara bagian Darfur.
Bulan lalu militer Sudan mengumumkan operasi "Musim Panas Tegas 2" untuk menghancurkan gerilyawan di Darfur dan Nil Biru dan kawasan Kordofan Selatan.
SLM-Minnawi merupakan bagian dari Front Revolusioner Sudan, kelompok koalisi pemberontak anti-pemerintah di tiga wilayah.
Operasi itu dijuluki sebagai kampanye "musim panas" karena diluncurkan setelah akhir musim hujan Sudan, yang berlangsung dari bulan Juli sampai November dan membuat jalan dapat dilalui.
Para pemberontak etnis di Darfur memberontak melawan pemerintah yang didominasi Arab di Khartoum pada tahun 2003 seraya mengeluhkan diskriminasi terhadap mereka.
Konflik telah menewaskan 300 ribu orang dan mengakibatkan dua juta orang mengungsi, kata PBB, meskipun pemerintah menyebutkan korban tewas 10 ribu orang.
Presiden Sudan Omar al-Bashir dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan kejahatan perang di wilayah barat.
(Uu.G003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015