Kupang (ANTARA News) - PT Fery Indonesia Cabang Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih menutup angkutan penyeberangan antardaerah di wilayah provinsi kepulauan ini, setelah menutup pelayaran di perairan itu Jumat, karena tinggi gelombang yang mencapai lima meter.
"Manajemen PT Fery Indonesia Cabang Kupang, Nusa Tenggara Timur masih menutup pelayaran di semua lintasan sejak tanggal 2 Januari 2015 dan baru akan dibuka kembali jika cuaca kembali normal berdasarkan rekomendasi BMKG setempat," kata General Manager PT Fery Indonesia (Persero) Cabang Kupang, Arnol Yansen di Kupang, Sabtu.
Ia mengatakan hal tersebut melalui pesan singkat terkait cuaca ekstrim yang melanda wilayah ini berupa hujan lebat dengan intensitas sedang sejak tiga hari terakhir ini.
Hujan disertai angin itu telah ikut memicu tinggi gelombang maksimum di perairan Selatan Nusa Tenggara Timur pada Kamis, maksimum 5 meter.
"Tinggi gelombang seperti itu berdampak kecepatan angin mencapai 25--40 km/jam dan berpotensi terjadi angin puting beliun pada daerah-daerah dataran rendah, sehingga masyarakat diminta untuk selalu waspada.
"Sikap waspada ini terutama bagi navigator dan penerbang dan masyarakat yang sedang melaksanakan perjalan menggunakan pesawat terbang atau kapal laut," katanya.
Ia mengatakan kondisi ini juga memicu hujan terjadi hingga tiga hari ke depan dan gelombang tinggi berpotensi terjadi hingga sepekan ke depan, terutama di perairan bagian selatan seperti Laut Sawu bagian selatan, Laut Timor, Selat Rote dan Samudera Hindia Selatan NTT.
"Di Samudera Hindia Selatan NTT, gelombang berpotensi naik hingga mencapai 4--5 meter, bahkan gelombang maksimal berpotensi hingga mencapai di atas 5 meter, terutama di Perairan NTT bagian selatan," katanya.
"Angin kencang itu telah berdampak pada tinggi gelombang laut di wilayah Selatan NTT dan wilayah perairan lain dalam NTT mencapai 5--6 meter, sehingga pelayaran harus dihentikan untuk satu pekan ke depan," katanya lagi.
Ia menyebut data hasil olahan pihak Stasiun Meteorologi El Tari Kupang untuk enam hari ke depan menunjukkan tinggi gelombang maksimum dengan 5--6 meter itu terjadi di Perairan Selatan Pulau Sumba, Samudera Hindia Selatan Nusa Tenggara Timur, Selat Sape, Selat Sumba dan Perairan Utara Pulau Flores yang selama ini dilalui kapal Fery Penyeberangan antarpulau di wilayah ini.
Ia mengatakan penghentian itu diperkirakan akan berlangsung selama sepekan, namun tetap akan dilakukan pemantauan terus dan melakukan koordinasi dengan pihak BMKG untuk mengetahui kondisi sehingga jika sudah normal sebelum tenggat waktu itu bisa dibuka lagi.
"Hal ini perlu karena sifat cuaca yang ada fluktuatif, artinya, tidak rutin berhembus, tetapi bisa terjadi sesewaktu seperti dua hingga tiga hari kencang dan kembali bertiup normal untuk satu hingga dua hari.
Ia menyebut selama ini di NTT ada enam unit armada kapal angkutan laut yang beroperasi mengangkut penumpang dari dan ke berbagai lintasan di NTT.
"Enam unit armada angkutan laut itu antara lain KMP Ile Api, Rokatenda, Pulau Sabu, Ile Mandiri, Balibo," kata Arnol Yansen.
Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015