Jakarta (ANTARA News) - PT PLN mengungkapkan selain terganggunya sejumlah pembangkit, defisit pasokan daya yang terjadi belakangan ini di wilayah Jawa-Bali juga dikarenakan lonjakan beban puncak lebih dari 500 MW dalam tiga bulan terakhir. Direktur Niaga dan Pelayanan Pelanggan PLN Sunggu Anwar Aritonang di Jakarta, Jumat mengatakan, lonjakan beban yang cukup tajam tersebut kemungkinan akibat mulai bergeraknya roda ekonomi dan bisnis. "Kita sedang cek apakah ini akibat roda ekonomi yang bergerak secepat guna mengejar target-target tertentu, sehingga industri harus beroperasi selama 24 jam atau karena apa," ujarnya. Selain itu, peningkatan beban dimungkinkan karena pemakaian pendingin ruangan yang cukup tinggi sebagai akibat panjangnya musim kemarau sekarang ini. Sunggu menghimbau, pelanggan melakukan penghematan minimal 50 watt, sehingga dengan jumlah pelanggan 22 juta di wilayah Jawa-Bali akan didapat penghematan 1.100 MW. Sejumlah pembangkit besar mengalami gangguan karena berbagai hal sehingga menyebabkan pemadaman di wilayah Jawa-Bali selama dua hari terakhir. PLTU Paiton Unit 8 berkapasitas 600 MW mengalami kerusakan di bagian boiler sejak 7 Nopember lalu dan PLTU Tanjung Jati Unit 2 660 MW yang baru diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono rusak di bagian pipa kondensor sejak Kamis (23/11) lalu. Pada Rabu (22/11) malam, wilayah Jawa-Bali mengalami pemadaman 250 MW, sedang Kamis (23/11) malam beban pemadaman meningkat menjadi 550 MW dan Jumat ini pemadaman masih berlanjut dengan potensi 600 MW. PLN menargetkan, perbaikan PLTU Paiton memerlukan waktu selama tiga pekan ke depan dan PLTU Tanjung Jati B diharapkan pulih kembali Sabtu (25/11). Direktur Transmisi dan Distribusi PLN Herman Darnel Ibrahim menambahkan, dari rencana beban puncak tahun 2006 sebesar 14.825 MW, realisasi saat ini mencapai 15.396 MW atau berlebih 571 MW. Sedangkan, kapasitas pembangkit dari rencana 2006 sebesar 15.877 MW menjadi hanya 14.320 MW atau kurang 1.557 MW. Produksi tenaga air dari rencana 6.576 GWh hanya tercapai 4.794 GWh atau 73 persennya dan gas hanya tercapai 64 persen dari 18.324 GWh menjadi 11.765 GWh. Selanjutnya, rencana pemeliharaan dari 1.900 MW tercapai 1.900 MW dan potensi gangguan dari rencana 0 MW meningkat menjadi 1.300 MW. Herman juga mengatakan, dari potensi PLTA sebesar 2.500 MW, sistem Jawa-Bali kehilangan daya 1.500 MW karena panjangnya musim kemarau. Pemanfaatan gas sebagai pengganti BBM juga menurunkan kapasitas daya pembangkit sebesar 10 persen. "Penurunan pembangkit karena perubahan energi itu dari rencana nol MW menjadi 947 MW," ujarnya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006