"Bencana geologi, khususnya gempa dan tsunami bersifat mendadak. Bisa kapan saja terjadi di daerah rawan," tulis Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, di laman resmi BNPB sebagaimana dikutip AntaraNews, Jumat.
Ia melanjutkan, sekitar 386 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 157 juta jiwa yang terpapar sedang hingga tinggi dari bahaya gempa di Indonesia.
Bahaya tsunami berpotensi mengancam 233 kabupaten/kota dengan penduduk 5 juta jiwa yang terpapar sedang hingga tinggi.
"Untuk itu jangan lengah, ancaman bisa terjadi kapan saja," tulisnya.
Sementara itu, bahaya geologi berupa erupsi gunung api tercatat ada 5 kali sepanjang tahun 2014.
Erupsi Gunung Sinabung terjadi pada 13 September 2013 hingga sekarang, Gunung Kelud 13 Februari 2014, Gunung Sangeangapi 30 Mei 2014, Gunung Slamet 13 September 2014, dan Gunung Gamalama 18 Desember 2014.
Total 24 orang tewas, 128.167 jiwa mengungsi, dan 17.833 rumah rusak. Bahkan erupsi Gunung Sinabung, saat ini masih menyebabkan 2.443 jiwa (795 KK) mengungsi di 7 titik. Sebanyak 1.212 jiwa (370 KK) harus direlokasi dalam waktu dekat ini.
Erupsi Gunung Kelud adalah yang fenomenal. Material dilontarkan ke angkasa hingga 17 km. Sebanyak 7 orang tewas, sekitar 90 ribu orang mengungsi, dan 17 ribu lebih rumah rusak. Mengingat masyarakat sekitar Gunung Kelud sudah tangguh menghadapi bencana, dan memaknai erupsi sebagai warisan masa depan, maka pemulihan berjalan dengan cepat.
Kejadian gempa merusak ada 11 kejadian yang menyebabkan 248 orang mengungsi dan 662 rumah rusak. Gempabumi terjadi antara lain di Jateng 25 Januari 2014 berakibat di Banyumas, Cilacap, Kebumen, dan Purworejo.
Tsunami ada dua yaitu tsunami dari gempa di Chile 2 April 2014 dan gempa 7,3 SR di Halmahera Utara pada 15 November 2014. Meskipun tsunami kecil, namun ancaman ini juga menjadi pelajaran bagi kita bahwa tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemda dalam menghadapi tsunami masih rendah.
Pewarta: Ella Syafputri
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015