Bogor (ANTARA News) - Ditengah-tengah menurunnya minat lulusan SMA untuk masuk ke Institut Pertanian Bogor (IPB), kini perguruan tinggi ilmu pertanian itu pada tahun akademik 2007/2008 menargetkan penerimaan menjadi 3.100 mahasiswa.
"Kenyataan yang ada harus ada koreksi dari IPB untuk meningkatkan promosi menjeleng penerimaan mahasiswa baru ," kata Wakil Rektor (WR) I IPB, Prof Dr Ir MA Chozin kepada pers di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Jumat.
Ia memberi rujukan bahwa sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN) seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pun, kini bahkan disebutnya telah "turun hingga ke pedesaan" untuk melakukan promosi.
"Karena itu, mau tidak mau IPB harus melakukan pembenahan di dalam bidang promosi ini," katanya dan menambahkan bahwa salah satu yang kini diprioritaskan adalah membenahi tampilan website milik IPB, sehingga publik dapat mudah mengaksesnya.
MA Chozin mengatakan bahwa saat ini terjadi penurunan secara signifikan lulusan SMA yang meminati bidang-bidang studi yang berkaitan dengan pertanian. Bahkan, khusus di IPB sendiri, selama lima tahun terakhir juga mengalami penurunan peminat calon mahasiswa, baik pada jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) --masuk ke IPB tanpa tes--maupun melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
"Kecuali pada tahun penerimaan 2005/2006, peminat jalur USMI sempat meningkat," katanya.
Ia menyatakan, penurunan tersebut seiring dengan menurunnya minat siswa SMA untuk melanjutkan studi di PT secara keseluruhan di Indonesia.
Penurunan minat dalam bidang pertanian, kata dia, ternyata tidak hanya terjadi pada program sarjana (S1) saja, namun sejumlah lembaga pendidikan formal pertanian lainnya dikhawatirkan akan "gulung tikar" akibat penurunan minat generasi muda secara drastis itu.
Merujuk data Depdiknas, ia mengungkapkan bahwa selama kurun waktu 2005 sampai Juni 2006, tidak kurang dari 40 fakultas pertanian sudah ditutup dan ditambah dengan penurunan keberadaan Sekolak Pembangunan Pertanian - Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPP-SPMA) hingga 55 persen.
Kondisi tersebut, katanya, diduga akibat generasi muda sekarang tidak lagi tertarik pada bidang pertanian, dan lebih memilih bidang pendidikan dan lapangan pekerjaan pada bidang lainnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006