Pangkalan Bun, Kalteng (ANTARA News) - Evakuasi jenazah korban yang diduga korban pesawat AirAsia QZ8501 di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah, terhambat akibat cuaca buruk di laut.

"Evakuasi sangat sulit karena gelombang tinggi dan tiupan angin yang kencang. Bahkan saat mau mengambil mayat itu sulit karena licin dan bila dipaksakan maka heli yang kami tumpangi menjadi sasaran gelombang," kata Direktur Operasi Basarnas Marsma TNI Supriadi di Pangkalan Bun, Selasa.

Tim sempat berusaha mengevakuasi jenazah pertama yang ditemukan yakni berjenis kelamin perempuan, namun gagal karena gelombang sangat tinggi sehingga rawan bagi keselamatan tim penyelamat.

Hasil pantauan udara, ada sembilan jenazah yang terpantau. Sayangnya upaya evakuasi menggunakan helikopter terkendala karena angin cukup kencang dan gelombang tinggi antara dua sampai tiga meter sehingga sangat berbahaya bagi tim evakuasi.

Meski begitu, pada sore hari tim berhasil mengevakuasi beberapa benda diduga kuat serpihan pesawat serta satu buah koper biru yang diperkirakan milik penumpang.

Sementara itu, informasi pada Selasa malam, sejumlah jenazah berhasil dievakuasi ke KRI Bung Tomo dan rencananya akan dibawa ke Pangkalan Bun pada Rabu pagi.

Pangkoopsau I Marsda TNI Agus Dwi Putranto memberi keterangan tegas bahwa benda-benda yang ditemukan di sekitar jenazah tersebut merupakan serpihan pesawat AirAsia QZ 8501 yang hilang saat perjalanan dari Surabaya menuju Singapura.

"Serpihan kerangka pesawat yang ditemukan dibalut dengan terpal serta kotak kecil berwarna biru sebagai hasil temuan," kata Agus Dwi.

Dia menegaskan bahwa pencarian korban akan terus dilakukan bahkan dengan menambah armada di laut dan udara. Korban dan serpihan pesawat ditemukan sekitar 10 kilometer dari lokasi terakhir pesawat berpenumpang 155 orang dan tujuh kru pesawat itu hilang kontak.

Pewarta: Norjani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014