Saya ingin anak saya bergaul dengan anak-anak dari lapisan ekonomi mana saja."
Jakarta (ANTARA News) - Rintik hujan bulan Desember nan romantis membasahi rerumputan yang tertata rapi di pelataran joglo kayu, Jumat (26/12) petang.
Dari luar, joglo kayu pundakan tanah itu terlihat menonjol. Anak-anak pun leluasa bermain bola di rerumputan yang tidak diberi pagar itu.
Itu pula yang menjadi ciri khas rumah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Rasyid Baswedan dibanding rumah lainnya di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, itu.
Anies Baswedan mengatakan saban minggu, joglo itu rutin digunakan untuk pengajian warga di kawasan Jalan Lebak Bulus II Dalam itu. Joglo itu juga dijadikan tempat belajar oleh anak-anak di perkampungan itu.
Konon kabarnya, rumah kayu itu peninggalan ulama besar KH Kasan Besari yang dibangun pada 1743 di Tegalsari, Ponorogo.
"Joglo ini dibeli di Solo dan ditata kembali seperti bentuk aslinya," kata Anies.
Masuk ke joglo, seakan kembali pada masa lalu. Dua set kursi kayu menghiasi ruangan itu. Lukisan Bung Karno yang berbincang dengan Bung Hatta turut meramaikan dinding.
Di setiap sudut tersusun rapi buku-buku lawas dengan kertas yang menguning. Sebagian dari buku-buku itu telah diberi katalog.
Anies menjelaskan buku-buku itu peninggalan kakeknya Abdurrahman Baswedan. Sekurangnya ada 4.000 buku berbahasa Inggris, Arab, Belanda, dan Indonesia diwariskan kakeknya itu.
Pengunjung boleh membaca, tapi tidak diperkenankan untuk dipinjamkan. Beberapa koleksi buku seperti Di Bawah Bendera Revolusi karya Bung Karno juga boleh dibaca.
Abdurrahman Baswedan atau yang lebih dikenal dengan AR Baswedan merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Pada masanya, AR Baswedan pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet Sjahrir, Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), Anggota Parlemen dan Anggota Dewan Konstituante.
Perkampungan
Meski terletak di kawasan kampung, tapi tidak sulit mencari rumah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan.
Hampir setiap orang tahu di kawasan itu tahu dimana letak rumah Anies.
"Saya sengaja membuat rumah di daerah perkampungan, karena tanahnya bisa luas. Lagipula kalau di perumahan, tingkat perekonomian penghuninya setara. Saya ingin anak saya bergaul dengan anak-anak dari lapisan ekonomi mana saja," tutur laki-laki murah senyum itu.
Tak heran, anak-anak di kampung tersebut kenal dengan anak-anak Anies terutama dua anaknya yang masih kecil Kaisar dan Ismail.
Di sudut kanan joglo, ada gerbang masuk yang tertutup rapat. Jika anda masuk ke dalam, maka anda serasa masuk ke bunker bawah tanah.
Beruntung, ada penerangan yang memadai menuju ke rumah utama. Sebenarnya di joglo pun ada tangga turun ke rumah utama.
Jadi sembari tamu menunggu di joglo, penjaga rumah memanggil tuan rumah di rumah utama.
Lantai rumah utama adalah serpihan kayu-kayu yang dipakai di rumah itu. Dinding kaca dan jendela kaca di tiap sudut kamar bagian atas.
"Tak perlu menghidupkan lampu di kamar. Cukup lampu dari kamar mandi saja, sudah terang," cetus Anies sembari menghidupkan lampu kamar mandi.
Kamar mandi diapit dua kamar yang digunakan anak-anaknya. Rumah utama dirancang terbuka menghadap taman.
Jangan salah, taman yang dimaksud bukan sekedar taman ukuran minimalis.
Taman di rumah Anies terhampar luas, sejauh mata memandang dengan rerumputan hijau yang dihiasi macam-macam warna tanaman di atasnya. Luas tanahnya 1.400 meter.
"Dulu daerah sini landai, dari joglo itu sampai ke ujung taman itu empat meter," ujar Anies sembari menunjuk atap rumah warga yang berbatasan dengan pagar tamannya itu.
Sebuah sepeda statis teronggok menghadap ke arah taman. Rupanya, meski sibuk mantan Rektor Paramadina itu ternyata menyempatkan diri untuk berolahraga.
Kicauan burung terdengar jelas saat memasuki rumah utama. Anies merupakan pencinta binatang sejak kecil. Kandang burung raksasa terletak di samping dapur. Di dalamnya, burung-burung itu bebas bergerak dan berkicau.
Di rumahnya, setidaknya Anies memilihara 20 ekor. Ada Cucakrowo, Beo, Nuri, hingga Anis Merah. Anis Merah merupakan burung yang sangat populer di antara para penghobi kicauan.
Istri Anies, Fery Farhati Ganis, duduk di samping kolam ikan minimalis. Fery mengaku sengaja menghadap ke arah dalam rumah sembari mengawasi dua anaknya, Ismail dan Kaisar, yang sedang bermain.
Anies dan istri mempunyai empat anak yakni Mutiara, Mikail, Kaisar dan Ismail. Anak pertama, Mutiara, sedang mengikuti pertukaran pelajar ke luar negeri.
"Lumayan lama membangun rumah ini. Arsitek rumah ini Ari Purnomo," kata Fery.
Meski sudah menjadi menteri, Fery mengaku tidak ada yang berubah dari sosok suaminya, Anies Baswedan.
"Masih seperti dulu, masih sering pulang malam dan perhatian pada anak-anak," lanjut Fery.
Meski rumahnya terbilang istimewa dan unik, Anies dan Fery sepakat jika tidak ada yang luar biasa di rumah mereka tersebut.
Mereka meyakini bahwa rumah seyogyanya tidak hanya nyaman bagi pemilik rumah, binatang peliharaan tetapi juga berbaur dengan lingkungan dan menjadi tempat main dan belajar anak-anak lainnya.
Oleh Indriani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014