Jakarta (ANTARA News) - Pendapatan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) berpotensi berkurang 6 juta dolar AS, selama berlangsungnya perbaikan menyeluruh hingga mencapai kondisi normal saluran pipa transmisi East Java Gas Pipeline (EJGP) milik Pertamina di lokasi jalan tol Surabaya-Gempol, Jawa Timur, yang meledak 22 Nopember 2006. Direktur Utama PGN, Sutikno, dalam sebuah pernyataan tertulisnya di Jakarta, Jumat, mengatakan untuk mencapai kondisi normal pengaliran gas dari Santos (80-mmscfd) diperlukan perbaikan secara menyeluruh dengan melakukan relokasi bagian pipa yang meledak ke wilayah yang lebih aman dan memerlukan waktu lebih kurang dua bulan. Menurutnya, saat ini aliran gas telah dikendalikan dengan menutup line valve ORF Pertamina dan line valve Pertamina di Sidoarjo. Pipa EJGP tersebut mengalirkan gas bumi untuk PGN sebesar 80 mmscfd dari Santos dan untuk Petrokimia Gresik sebesar 50 mmscfd dari EMP Kangean. "Insiden tersebut berdampak dihentikannya sementara pasokan gas dari Santos sebesar 80 mmscfd, sehingga pasokan gas untuk PGN di Jawa Timur berkurang dari sebesar 123,5 mmscfd menjadi saat ini 555 mmscfd yang berasal dari Kodeco dan Lapindo Brantas (Lapangan Wunut) yang tidak terpengaruh ledakan", jelasnya. Sutikno menambahkan bahwa PGN telah mengambil langkah-langkah penanggulangan guna mengatasi dampak lebih lanjut dari ledakan pipa EJGP, di antaranya dengan melakukan koordinasi dengan pihak Pertamina dan pihak-pihak lain yang terkait, dengan melakukan isdolasi pada bagian pipa yang meledak. Untuk mempercepat pemulihan kembali pasokan gas ke pelanggan di Jawa Timur, kata dia, PGN telah mengusulkan kepada Pertamina langkah-langkah penanggulangan sementara, sehingga gas dari Santos diharapkan dapat diserap kembali sebesar 60 mmscfd. Dengan demikian potensi berkurangnya pendapatan yang akan diderita PGN sampai dengan pemulihan sementara dapat diminimalisir menjadi sekitar 400.000 dolar AS per hari atau maksimal 2,8 juta dolar AS, tambahnya. (*)
Copyright © ANTARA 2006