"Kita kan punya mekanisme Standar Nasional Indonesia (SNI). Itu yang digunakan. Bahwa seluruh produk harus memenuhi SNI. Standardisasi itu bisa diperketat," katanya di Semarang, Minggu.
Menurut dia, penerapan standardisasi secara ketat bisa melindungi produk-produk lokal dari gempuran produk luar negeri yang masuk, sebab kebijakan standardisasi itu bersifat nontarif.
Namun, kata dia, produk-produk lokal juga harus disiapkan standardisasinya secara ketat agar bisa bersaing dengan produk-produk impor karena standardisasi tak bisa diterapkan sepihak.
"Ya, kan tidak mungkin kita perketat standardisasi barang-barang dari luar, sementara produk Indonesia tidak kena. Bisa diprotes dong sama negara-negara lain," kata anggota Komisi IV DPR RI.
Makanya, Juliari mengatakan produk-produk lokal harus semakin ditingkatkan kualitasnya untuk memenuhi SNI, termasuk bila standarisasi kian diperketat sehingga bisa sama-sama bersaing secara sehat.
Perlindungan produk lokal seiring penerapan MEA pada 2015, diakuinya, menjadi salah satu permasalahan yang dibahasnya saat melakukan penyerapan aspirasi dengan masyarakat dan Pemerintah Kota Semarang.
"Sebagai anggota Komisi V (DPR RI, red.), saya mencoba mengumpulkan konstituen dalam masa reses ini. Tentu, yang ada hubungannya dengan bidang saya, seperti koperasi, pasar, dan UMKM," tukasnya.
Dari aspirasi yang masuk, kata dia, ada juga usulan pendirian "showroom" khusus UMKM untuk semakin memajukan sektor usaha kecil itu, sekaligus sebagai upaya protektif seiring penerapan MEA.
"Saya akan perjuangkan. Namun, saya melihat showroom ini kurang begitu efektif untuk pemasaran ketimbang memakai teknologi komunikasi dan informasi (TIK), melalui jaringan internet," katanya.
Ia mengatakan pemasaran produk yang dilakukan secara konvensional sekarang ini akan kalah dengan mereka yang memakai internet untuk memasarkan produknya, apalagi teknologi internet tidak mahal.
"Makanya, saya juga dorong dinas-dinas koperasi push ke arah sana. Kalau hanya mengandalkan pemasaran secara konvensional susah, makanya harus didorong untuk manfaatkan teknologi," pungkasnya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014