Baghdad (ANTARA News) - Larangan keluar rumah diberlakukan di Baghdad, Jumat, dan pemerintah menyerukan kepada para warga agar tenang, setelah bom mobil di kubu pengikut Syiah menewaskan 160 orang dalam satu serangan paling berdarah, sehingga Irak diperkirakan makin dekat ke ambang kekacauan tak terkendali. Sebanyak 257 orang lagi cedera dalam ledakan itu, yang meninggalkan kenangan paling berdarah, sementara mayat-mayat yang hangus terbakar bergeletakan di tengah kendaraan yang dilahap api. Bom mortir menghantam satu daerah kantung Sunni tak lama setelah peristiwa tersebut, tampaknya merupakan pembalasan atas ledakan bom mobil itu -- yang terjadi saat beberapa pria bersenjata menyerang Kementerian Kesehatan, yang dipimpin oleh tokoh Syiah, dalam serangan nekad siang hari. "Itu adalah serangan besar yang khusus dirancang untuk menyulut pembalasan," kata Tobu Dodge, ahli mengenai Irak di Queen Mary, University of London, seperti dilansir Reuters. Ia membandingkan pemboman tersebut dengan pemboman terhadap satu tempat suci umat Syiah di Samarra pada Februari, sehingga meningkatkan gelombang pertumpahan darah. Pemimpin Irak dan AS menuduh Al-Qaeda dan pengikut setia presiden terguling Saddam Hussein "berusaha menyulut serangan balik pengikut Syiah untuk meraih keuntungan dari kekacauan yang terjadi selanjutnya". Serangan terjadi setelah satu pekan suasana tegang di dalam tubuh pemerintah persatuan nasional dukungan AS. Presiden AS George W. Bush, yang menghadapi tekanan mengenai masalah Irak setelah kaum Republik kalah dalam pemilihan umum pertengahan masa jabatan bulan ini, telah mendesak pemimpin Syiah dan Sunni untuk mengekang pengikut mereka guna menghindari perang saudara besar-besaran. Perdana Menteri Nuri Al-Maliki, yang direncanakan bertemu Bush pekan depan dalam pertemuan tingkat tinggi di Jordania, memperingatkan mengenai "tangan kotor persekongkolan yang menyelimuti tumpahnya darah warga tak berdosa" dan mendesak rakyat agar menahan diri. Ia juga berikrar akan memburu mereka yang bertanggung jawab. Politisi kenamaan Syiah, Sunni dan suku Kurdi mengeluarkan pernyataan bersama agar rakyat tenang. Pemerintah memberlakukan larangan keluar rumah untuk waktu yang tak ditentukan di Baghdad dan menutup bandar udara. Pelabuhan dan bandar udara di kota Syiah Basra di bagian selatan Irak juga akan ditutup, kata seorang pejabat. Kota Sadr, yang dijaga ketat oleh anggota milisi Tentara Mahdi --yang setia kepada tokoh Syiah Moqtada As-Sadr, relatif sampai tahun ini tak terjangkau serangan oleh anggota Al-Qaeda dan gerilyawan Sunni. Pemboman terhadap warga sipil di sana dalam beberapa bulan belakangan ini telah dipandang sebagai pengumuman perang terhadap milisi tersebut --yang disalahkan oleh kelompok Sunni atas gelombang kerusuhan yang merenggut korban jiwa. "Saat pemboman terjadi, setiap orang mulai berlarian dan berteriak," kata seorang jurufoto Kareem Ar-Rubaie. "Saya melihat satu mobil dari pesta perkawinan, yang dihiasi pita dan bunga. Mobil itu terbakar. Ada kubangan darah ... dan anak-anak yang telah tewas." (*)
Copyright © ANTARA 2006