Tangerang (ANTARA News) - Sebagian besar masyarakat Indonesia mendukung kebangkitan Negeri Serambi Mekkah Daerah Istimewa Aceh untuk kembali meraih kesejahteraan baik secara materi maupun mental pasca-satu dekade dilanda tsunami.

"Waktu nonton berita tsunami 10 tahun lalu itu sedih banget, sebab banyak korban jiwa. Sekarang sudah waktunya Aceh bangkit dari keterpurukan," ujar seorang pegawai swasta Murtado saat ditemui di Tangerang, Jumat.

Tado mengatakan, banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari kejadian tersebut, baik oleh pemerintah, masyarakat Aceh maupun rakyat Indonesia pada umumnya.

Senada dengan Tado, seorang guru sekolah bertaraf internasional Yenny Indriyanti mengatakan, pada 10 tahun masa pemulihan, pemerintah bisa lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana di daerah-daerah seluruh Indonesia.

Khusus bagi Aceh, lanjut Yenny, pemerintah perlu meningkatkan kewaspadaan masyarakatnya dengan menyediakan tempat yang lebih aman, mengadakan simuasi bencana hingga peringatan dini, apabila terjadi tanda-tanda bencana.

"Simulasi itu baik sekali untuk antisipasi. Selain itu, pemerintah juga memberikan peringatan atas deteksi dini bencana. Sehingga masyarakat lebih punya waktu untuk persiapan dini," ujar Yenny.

Dari segi kebangkitan perekonomian, seorang pegawai swasta Wayan Jana Eko Putra menilai, pembangunan perekonomian di Aceh mulai membaik pada masa pemulihan sepanjang 2004-2010, namun terjadi penurunan sejak 2010-2014.

"Berdasarkan survei yang saya baca, perkembangan perekonomian menurun sejak 2010-2014. Semestinya, pemerintah bisa konsisten mendukung pemulihan perekonomian di Aceh," ujar Wayan.

Sementara itu, meskipun terjadi banyak perubahan seperti perumahan baru, sarana dan prasarana yang menunjang, seorang pegawai swasta lain Adit Setyadikara mengatakan, pemulihan yang dibutuhkan Aceh tidak hanya dari segi perekonomian, namun juga mental masyarakatnya, terutama bagi anak-anak.

"Trauma terhadap bencana pasti membekas pada masyarakat Aceh. Pemulihan mental juga perlu dilakukan, misalnya para relawan yang dengan konsisten membangkitkan semangat hidup mereka kembali," kata Adit.

Seorang pegawai Bank Nur Intan Sari mengatakan, 10 tahun memang merupakan waktu yang panjang, namun belum cukup untuk mengembalikan Aceh seperti sebelum terjadinya bencana.

"Untuk bencana sedahsyat itu, saya pikir masih membutuhkan banyak waktu dan konsistensi dari pemerintah dan pihak terkait untuk mengembalikan perekonomian, maupun mental masyarakat Aceh itu sendiri," kata Intan.

Diawali gempa bumi di dasar laut, ketika lempeng Hindia disubduksi oleh lempeng Burma dan menghasil tsunami pada 26 Desember 2004, Aceh menjadi daerah terparah dan menyumbang korban jiwa terbanyak.

Hari ini, bendera merah putih setengah tiang kembali dikibarkan oleh penduduk Aceh untuk memperingati kejadian tersebut.

Semoga hal tersebut sekaligus menjadi pertanda, bahwa semangat masyarakat Negeri Serambi Mekkah tidak setengah-setengah meraih kembali kesejahteraannya.

Pewarta: Sella Panduarsa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014