Jakarta (ANTARA News) - Indonesia secara diam-diam telah menjadi tempat yang bagus untuk berbisnis, setelah sejumlah masalah yang mengganggunya bertahun-tahun sepertinya sirna.
Para investor mulai menyadari hal itu. Ecommerce marketplace "Tokopedia" baru-baru ini menaikkan nilai investasi 100 juta Dolar Amerika Serikat (AS) dari Sequoia dan Softbank, toko online fashion Zalora naik 112 juta dolar AS dari berbagai investor, dan Grab Taxi yang berpusat di Singapura bisa tumbuh beroperasi di Indonesia, mengambil 250 juta dolar AS dari Softbank.
CEO Tokopedia William Tanuwijaya menghabiskan 10 tahun pertama karirnya bekerja di berbagai perusahaan online dan pembayaran. Tak ada satu bisnis pun yang membuatnya bersemangat, jadi dia menghabiskan banyak waktunya membaca web forum lokal.
Dia melihat orang-orang mengeluh tajam soal masalah yang mereka hadapi saat membayar barang online dan menerimanya offline. Tak ada kepercayaan antara pembeli dan penjual.
Dia pun berangkat menyelesaikan masalah tersebut dengan menggabungkan model bisnis dari eBay, Craigslist, dan Google AdWords untuk membentuk Tokopedia. Dia memiliki satu misi: membangun produk yang semua orang di Indonesia bisa dan mau memakainya.
Namun, memulai bisnis di Indonesia tidaklah selalu sederhana. Lima serangan bom teroris besar-besaran sejak 2000 hingga 2003 membunuh ratusan dan menghantui baik turis maupun investor. Korupsi masih merajalela.Konflik lintas agama sering pecah.
Masa lalu yang sulit itulah yang mungkin menjelaskan mengapa Indonesia kurang banyak mendapatkan kue investasi dari luar. Mulai dari Suharto, Presiden Indonesia untuk lebih dari 30 tahun memerintah dengan pemerintah militer yang tersentralisasi hingga 1998.
Setelah itu, Bascharuddin Jusuf Habibie memulai peralihan demokrasi Indonesia yang sesungguhnya. Dia dan dua presiden selanjutnya menghadapi banyak konflik internal dan tantangan.
Kemudian di tahun 2004, Susilo Bambang Yudhoyono terpilih, menjadikannya presiden demokratik kuat pertama untuk Indonesia. Dia pun, seorang jenderal militer namun menghabiskan delapan tahun memerangi korupsi, membangun sistem politik yang melakukan pemeriksaan, dan keseimbangan.
Dan membuat perjanjian perdagangan bebas (terutama dengan jepang). Di luar perkembangan tersebut, tahun lalu Bank Dunia meranking Indonesia menjadi negara ke-114 dari 189 untuk kemudahan melakukan bisnis. Tahun depan, kemungkinan peringkatnya akan semakin tinggi.
Perkembangan lebih cepat
Presiden baru Indonesia, Joko Widodo seorang kolektor kayu dan penjual furnitur, ingin menganekaragamkan bisnis Indonesia dan menarik lebih dari 500 miliar Dolar AS dalam investasi, lima tahun ke depan.
Dia telah mendorong melalui kantor nasional satu pintu untuk ijin usaha, menciptakan keringanan pajak untuk warga asing dan memetakan teknologi untuk perkembangan industri yang tinggi.
Reformasi hukum membuat Indonesia menjadi tempat yang jauh lebih aman untuk berinvestasi, melakukan bisnis, mengumpulkan pembayaran. Di masa lalu, jika sebuah usaha membawa pelanggannya ke pengadilan karena tidak membayar tagihan, pemenangnya ditentukan berdasar berapa banyak para hakin disuap, kata CEO BA Partners, Ichiro Kawada pada konferensi Startup Asia Jakarta pada November.
Sepuluh tahun lalu, pemungut pajak akan meminta pembayaran perseorangan untuk penukaran pembayaran pajak, katanya. Kawada telah bekerja di Indonesia dengan firma penanaman modal Jepang seperti JAIC sejak 1998.
Dia mengatakan lingkungan tersebut telah berkembang secara signifikan dan dia sekarang jauh lebih merasa nyaman mengarahkan klien Jepangnya untuk berinvestasi di Indonesia.
Seluruh perubahan aturan itu akan menguntungkan pertumbuhan negara tersebut dan kelas menengah yang kian melek teknologi. Indonesia adalah rumah bagi 250 juta orang. Dalam 20 tahun ke depan, diperkirakan Indonesia akan menjadi negara paling padat penduduk nomor tiga di dunia setelah India dan China.
Produk domestik bruto (PDB) Indonesia per kapita 3,500 Dolar AS, berada di antara India (1.500 Dolar AS) dan China (6.800 Dolar AS). Namun berkembang cepat dibanding India dan China, Indonesia mengalami peningkatan dobel dalam lima tahun terakhir.
Pemerintahan Jokowi telah mematok gol meningkatkan PDB lima hingga tujuh persen dengan menarik investor asing untuk infrastruktur dan industri-industri baru.
Berpaling ke teknologi
Perusahaan teknologi akan memainkan peran penting dalam pertumbuhan yang direncanakan ini. Kelas konsumen baru menuntut yang terbaik yang pasar tawarkan dan Sillicon Valley tidak menutup mata akan hal itu. Dari 70 juta orang Indonesia yang mengakses internet, 22 persennya ada di Facebook, membuat kepulauan Facebook menjadi pasar keempat terbesar.
Kira-kira 60 persen pengguna internet di indonesia mengakses hanya lewat telepon genggam. Pasar telepon genggam tumbuh pesat, demikian menurut Xiaomi, China yang telah menjual 100.000 telepon genggam online di Indonesia pada tiga bulan pertama sejak meluas ke negara itu.
Para investor memnuhi event Startup Asia Jakarta dengan mandat yang sangat jelas: mencari perusahaan yang menyelesaikan masalah sehari-hari. Hanya lima persen orang Indonesia yang punya kartu kredit atau debit yang bisa digunakan untuk pembelian online.
Untuk memperoleh pembayaran dari sisanya, merchants perlu pelanggannya membayar melalui saluran alternatif seperti pembayaran saat pengiriman atau "cash on delivery", transfer bank dan pembayaran di konter, kata Neil Davidson, CEO Coda Payments.
"Kami mencoba menyelesaikan pembayaran online bagi merchants dan konsumen," kata Neil.
Hanya dengan membangun infrastruktur ecomerce-yang terjadi hampir dua dekade lalu di Barat-adalah kesempatan lain yang menarik perhatian investor. Ada lebih dari 78 perusahaan ecommerce di Indonesia.
Salah satunya adalah aCommerce, yang melayani perusahaan yang ingin menjual barangnya online dengan menyediakan kebutuhan dan jasa web. Dibangun oleh CEO Hadi Wenas yang merupakan lulusan Stanford, aCommerce membangun sistem end-to-end untuk perusahaan ecommerce global memasuki Indonesia dan bekerja sama dengan Groupon dan BodyShop.
Berinvestasi di Indonesia bukanlah taruhan yang pasti, lalu apa? Satu kelemahan adalah kurangnya bakat teknik sana. Indonesia di bawah index, dalam hal pengeluaran untuk riset dan pengembangan serta ahli teknis dibanding tetangganya.
"Dengan semua investasi baru, kita akan menyewa banyak ahli teknik di India, Vietnam, dan China," kata CEO Tokopedia Tanuwijaya bulan lalu. Bakat teknis masih "bayi" di Indonesia namun akan membaik begitu mahasiswa melihat masa depan di teknologi.
Semangat di Indonesia sangat nyata. Sequoia punya dua partner di kawasan dan loncat dengan cepat pada kesempatan berinvestasi di Tokopedia. Namun anggota Valley yang lain masih mengamati dari rumah.
Beberapa orang lokal seperti Anthony Tan, CEO GrabTaxi mengatakan seandainya pun investor Sillicon Valley dan perusahaan mencoba berinvestasi, mereka akan gagal jika tidak mengambil waktu memahami nuansa dari pasar.
Mungkin dia benar.
Namun jika investor Valley tidak memulai memahami pasar dan berinvestasi segera, China akan mendominasi lagi-mereha hanya akan melihat saat konsumen baru yang besar melewati mereka, demikian TechinAsia melaporkan.
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014