Jakarta (ANTARA News) - Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Sistem Menajemen Nasional Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI Laksda TNI Untung Suropati menilai konsep Poros Maritim harus menguatkan semua aspek.
"Bicara Poros Maritim itu luas dan harus disikapi secara multiaspek, seperti politik, hukum, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan," katanya di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan tol laut merupakan bagian kecil dari konsep poros maritim yang akan dikembangkan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Untung menilai apabila pemerintah membangun tol laut sebaiknya beriringan dengan membangun pertahanan negara yang jauh lebih kuat dari saat ini.
Menurut dia, tol laut akan terus berjalan dengan aman apabila pertahanan negara diperkuat sehingga proses yang menggunakan infrastruktur tersebut bisa berjalan dengan baik.
Untung mengatakan, apabila pemerintah membangun tol laut lalu mengabaikan sisi pertahanan negara, maka hal itu tidak akan bisa mewujudkan konsep Poros Maritim.
Menurut dia, tol laut akan terus berjalan secara aman apabila pertahanan negara diperkuat, sehingga proses yang menggunakan infrastruktur tersebut bisa berjalan dengan baik.
"Pondasi awal Poros Maritim itu harus paralel, bidang politik mendukung, hukum sebagai penopang, ekonomi kuat, kemudian pertahanan negara Indonesia bisa canggih," katanya.
Untung mengingatkan bahwa Indonesia memiliki empat dari sembilan fitur geografis (chokepoint) di kawasan laut dunia yang sangat strategis, yakni Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Makassar dan Selat Lombok.
Namun, menurut dia, potensi hebat itu belum bisa dimaksimalkan pemerintah untuk keuntungan politik dan ekonomi Indonesia.
"Empat titik itu sangat penting, bayangkan kalau semuanya kita tutup, maka perekonomian dunia bisa 'goyang'," ujarnya.
Dia menilai arah kebijakan maritim pemerintahan Jokowi-JK sudah benar, sehingga bisa diberdayakan lebih besar bagi kepentingan dalam negeri Indonesia.
Namun Untung menyarankan agar koordinasi antar kementerian dan lembaga diperkuat untuk mewujudkan cita-cita pemerintah tersebut, karena itu merupakan titik lemah yang masih terjadi.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014