London (ANTARA News) - Pelajar Indonesia di Inggris Raya mengelar acara mengenang sedasawarsa tsunami di Aceh, yang bertepatan dengan bencana gempa bumi memicu gelombang pasang dasyat (tsunami) di kawasan Samudera Hindia pada 26 December 2004.
Peringatan tsunami menjadi momen yang baik untuk merenungi dan memaknai setiap musibah yang terjadi, kata Cut Ema Aklimaa, mahasiswi dari Aceh yang mengikuti Program International Business Managemen di Glasgow Celedonian University, kepada ANTARA News di London, Jumat.
Dikatakannya, tepat 10 tahun yang lalu musibah gempa berkekuatan 9.3 Skala Richter (SR) diikuti tsunami menerjang sebagian besar wilayah Aceh yang berbatasan dengan Samudera Hindia.
Secara serentak, ia merefleksikan, saat itu masyarakat dunia dikejutkan dengan bencana tsunami terdahsyat sepanjang abad 21 ini, dan bukan hanya wilayah Aceh saja yang menjadi korban, karena sejumlah negara layaknya Maladewa, India, Srilangka, dan Thailand pun terdampak.
Hal ini membuat banyak orang dari seluruh pelosok dunia tergerak dalam memberikan dukungan dan bantuan atas bencana tsunami, sehingga Aceh yang berjulukkan Tanah Rencong dapat banggkit dan tumbuh kembali hingga kini.
Menurut Cut Ema, walaupun sudah 10 tahun berlalu, masyarakat dari berbagai belahan dunia, termasuk di Glasgow, Inggris, mendukung dengan mengalirkan doa bagi Aceh.
Pelajar Indonesia di Glasgow sengaja berkumpul di University of Glasgow pada Jumat sebagai bentuk kepedulian pada kejadian yang memakan ratusan ribu jiwa di hampir seluruh wilayah Aceh, terutama di Banda Aceh dan Aceh Barat.
Selain itu, mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Glasgow juga menyiapkan video bertema "We remember, we care" (kami mengingat, kami peduli) sebagai simpati untuk masyarakat Aceh, khususnya mereka yang kehilanganan sanak dan saudaranya.
Salah seorang inisiator kegiatan ini, Ahmad Zaki menyampaikan melalui acara temu dan doa, serta tayang video yangdibuat, maka mereka menyampaikan bahwa rakyat Aceh tidak sendiri.
"Kami masih mengingat persis duka itu, dan kami percaya bahwa dengan bersama-sama kita bisa bangkit kembali," ujarnya.
Sementara itu, Luqyan Tamanni selaku mahasiswa asal Aceh yang menempuh program doktoral di University of Glasgow sangat menghargai upaya yang dilakukan PPI Glasgow melalui tayangan video Aceh.
Video tersebut, menurut dia, merupakan pesan kemanusiaan yang memperlihatkan masih banyak yang peduli dengan kejadian atau musibah yang terjadi di berbagai belahan dunia, dan menegaskan bahwa kepedulian masih menjadi nilai yang dijunjung tinggi.
Tayangan video yang Cut Ema Aklima, Dessy Farhany, Anggi Iqbal Nainggolan, Zahra Amalia dan Ahmad Zaki, yang semuanya menempuh pendidikan di Glasgow, dapat pula diakses melalui YouTube, yakni https://www.youtube.com/watch?v=B8o8cPaCV4I&feature=youtube
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014