Tasawuf dapat menyeimbangkan orientasi ukhrowi dan duniawi dalam diri seseorang, sehingga dapat merasakan kenikmatan dalam membangun etos kerjanya,"

Yogyakarta (ANTARA News) - Tasawuf dan etos kerja dapat saling dikorelasikan, sehingga keduanya tidak dikotomis, kata ustadz Kiai Haji Muhammad Mustaghfirin Amin.

"Tasawuf dapat menyeimbangkan orientasi ukhrowi dan duniawi dalam diri seseorang, sehingga dapat merasakan kenikmatan dalam membangun etos kerjanya," katanya di Yogyakarta, Kamis.

Pada seminar "Membangun Etos Kerja dengan Bertasawuf" yang diselenggarakan Universitas Islam Indonesia (UII), ia mengatakan tasawuf dan etos kerja jika dilihat secara sekilas tampak seperti dua hal yang saling bertolak belakang.

Tasawuf, kata dia, sering dipahami sebagai jalan yang harus ditempuh seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhan-nya, sehingga berorientasi ukhrowi.

Sedangkan etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan penuh rasa tanggung jawab. Dari pengertian tersebut sangat jelas bahwa etos kerja identik dengan orientasi duniawi.

"Pada dasarnya setiap bangsa di dunia mempunyai etos kerjanya masing-masing yang dipengaruhi oleh perkembangan budaya dan kehidupan sosial," katanya.

Misalnya, bangsa Jepang yang dikenal dengan kedisiplinan dan kerja kerasnya dan bangsa Barat yang dikenal berpikir kritis dan rasional serta berorientasi pada kesuksesan material.

Menurut dia, umat Islam pun sebenarnya memiliki etos kerjanya sendiri yang berpedoman pada Al Quran, hadits, dan keteladanan yang pernah ditunjukkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dalam membangun peradaban Islam.

Ciri etos kerja yang menonjol dari umat Muslim adalah landasan keimanan, di mana dia diminta untuk bekerja dengan cara yang baik, halal, dan bersungguh-sungguh, tetapi tidak melupakan aspek kepasrahan kepada Allah.

"Segala hasil yang dicapai dalam bekerja bukan semata-mata karena kepintaran dan kerja keras manusia, tetapi juga karena izin dan karunia dari Allah, sehingga tidak terlepas dari aspek syukur," katanya.

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014