Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto menegaskan, pihaknya akan tetap melaksanakan operasi kemanusiaan mengatasi luapan lumpur panas PT Lapindo Brantas pasca ledakan pipa gas milik Pertamina yang terletak di bawah tanggul penahan lumpur yang menewaskan 10 orang.
"Ya kita akan tetap laksanakan operasi di sana, terutama jika Pemda setempat masih membutuhan bantuan TNI," katanya, di sela-sela pelaksanaan Siang ke-2 Komite Tingkat Tinggi Malaysia-Indonesia (Malindo) di Jakarta, Kamis.
Ledakan pipa gas milik PT Pertamina yang terletak di bawah tanggul penahan lumpur di sisi selatan tol ruas Porong-Gempol, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (22/11) malam, itu menyebabkan sedikitnya 10 orang tewas, belasan orang hilang, dan 13 orang lainnya luka berat dan ringan.
Korban tewas antara lain adalah Komandan Koramil Balongbendo Sidoarjo Kapten Afandi, Serda Navis dari Batalyon Zeni Tempur V Brawijaya, dan petugas Jasa Marga, Tri Iswandi.
Ketiganya telah dievakuasi ke RSUD Kabupaten Sidoarjo. Saat kejadian, mereka sedang mengawasi tanggul. Dua anggota TNI lain, Kapten Hendro dan Sersan Bagus dari Kodim 0816 Sidoarjo, serta tiga petugas Jasa Marga yang sedang bertugas termasuk orang yang dinyatakan hilang.
Mereka yang tewas adalah korban tewas kedua di lokasi itu sejak lumpur panas Lapindo mulai menyembur pada 29 Mei lalu. Korban pertama adalah operator buldoser, Yuli Eko Hartanto.
Djoko Suyanto menegaskan, keterlibatan TNI dalam penanganan lumpur panas PT Lapindo Brantas sesuai dengan tugas pokok TNI selain perang yang diamanatkan UU N0.34/2004 tentang TNI.
?Bukan berarti kita selalu berada di depan dalam setiap penanganan bencana tetapi lebih karena TNI diperlukan dan itu sesuai dengan tugas pokok TNI selain perang. Jadi, tidak ada penarikan atau pengurangan. Selama Pemda membutuhkan, kita tetap laksanakan,? kata Djoko.
Untuk membantu penanganan lumpur PT Lapindo Brantas, selama ini TNI mengerahkan sebagian pasukan organik dari Kodam V/Brawijaya termasuk Batalyon Zeni Tempur (Zipur).(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006