Strategi politik beliau hanya bisa dijalankan oleh orang yang bersikap moderat, santun dan hanya mengutamakan persatuan bangsa."
Jakarta (ANTARA News) – Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin mengatakan setidak-tidaknya ada empat hal yang generasi sekarang bisa belajar dari KH Idham Chalid (alm).
Pertama, sebagai kyai dan politisi, Idham Chalid adalah seorang ulama yang mampu menjalankan tugas umara dan umara yang bisa berbuat dengan pendekatan ulama.
Meski sebagai ulama, lanjut Menag, perjalanan hidup Idham Chalid juga cukup banyak dihabiskan di pemerintahan, tidak hanya eksekutif tetapi juga legislatif. Ini tentu bukan perkara mudah karena harus memainkan dua lakon yang berbeda, yakni politisi sekaligus ulama.
"Sebagai politisi, Kyai Idham Chalid melakukan gerakan yang strategis – kompromistis yang oleh sebagian kalangan dinilai pragmatis. Sebagai ulama beliau bersikap fleksibel," terang Menag saat memberikan sambutan pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Perguruan Darur Ma’araif, Senin (22/12) malam.
"Sebagai ulama, almarhum Idham Chalid menjaga Islam tetap ada di jalurnya dan mengupayakan kestabilan umat di tengah–tengah masyarakat" tambahnya.
Pelajaran kedua, kata Menag, terkait kebijaksanaan almarhum Idham Chalid dalam mengedepankan toleransi, kesantunan, dan persatuan sangat menonjol. "Strategi politik beliau hanya bisa dijalankan oleh orang yang bersikap moderat, santun dan hanya mengutamakan persatuan bangsa," jelas Menag.
Andaikata masih hidup, beliau pasti akan menolak ekteremisme, radikalisme dan terorisme yang berbungkus agama. Karena kita kenal beliau adalah ulama yang sangat meletakkan pada sikap-sikap moderat,"katanya.
Pelajaran ketiga, keteguhan almarhum Idham Chalid dalam menjaga sikap di antara berbagai kepentingan. Memimpin ormas terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, sekaligus menjalankan tugas pemerintahan, tentu banyak orang-orang yang berkepentingan yang mengitarinya. "Almarhum Idham Chalid senantiasa berpesan, jangan sampai teman dan keluarga menjerumuskan dan menghancurkan kebijaksanaan kita dalam memimpin. Beliau selalu konsisten dan istiqomah ketika menyangkut kepada hal-hal yang prinsip," katanya.
Pelajaran keempat, almarhum Idham Chalid terlahir dari keluarga biasa. "Ini pelajaran yang menarik khususnya bisa generasi muda, bahwa menjadi pemimpin itu tidaklah harus berasal dari darah biru, tidak harus berasal dari kalangan elit, karena almarhum telah membuktikan kepada kita, beliau berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja," tegasnya. (sumber: kemenag.go.id)
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014