Jakarta (ANTARA News) - Pengamat energi Marwan Batubara mengkhawatirkan pihak asing bisa mencuri kesempatan dalam rekomendasi Komite Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi untuk menghapus bahan bakar minyak RON88 (dikenal sebagai Premium) dan menggantinya dengan RON92 (Pertamax).
Marwan yang ditemui di Jakarta, Selasa, mengungkapkan pihak asing punya kesempatan untuk memasok dan merebut pelanggan setia PT Pertamina dalam masa transisi perusahaan minyak negara itu memperbarui kilang mereka untuk memproduksi RON92.
"Menunggu kilang Pertamina dibangun itu butuh waktu, sementara dalam pembangunan, asing punya kesempatan untuk memasok dan mengambil konsumen yang ada. Lalu, kalau kilang sudah selesai diperbarui, apa konsumen itu akan kembali?" katanya.
Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) itu menuturkan bahwa hingga saat ini kondisi kilang minyak Pertamina yang mayoritas sudah tua masih belum mampu memproduksi RON92 atau Pertamax.
Sementara itu, kensumsi BBM untuk masyarakat terus meningkat. Imbasnya, tentu pemerintah harus mengimpor minyak lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Meski rekomendasi itu baik dari aspek keuangan, teknis, dan lingkungan, menurut Marwan, ada baiknya pemerintah mempertimbangkan dukungan untuk perusahaan minyak negara (national oil company/NOC) demi ketahanan energi nasional.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014