Pekanbaru (ANTARA News) - Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, biaya terbesar dari budidaya ikan lele digunakan untuk membeli pakan.
Bisnis perikanan lele berpotensi meraih laba Rp2,41 juta per hektar, dengan biaya produksi sebesar Rp5,33 juta atau 68,84 persen terhadap nilai produksi.
"Biaya terbesar yang dikeluarkan adalah untuk pakan, yaitu mencapai Rp2,66 juta atau 49,92 persen dari seluruh biaya yang dikeluarkan perhektar," kata kepala BPS Riau, Mawardi Arsyad, di Pekanbaru, Selasa.
Ia juga menjelaskan bahwa biaya untuk benih atau bibit ikan sebesar Rp1,06 juta atau 19,83 persen, pupuk dan obat sekitar 0,4 persen, alat 1,41 persen, sewa lahan 18,99 persen dan sisanya untuk biaya upah pekerja.
Selain budidaya lele, juga terdapat budidaya terhadap ikan lainnya yaitu berupa ikan nila dan patin.
"Untuk budidaya nila jumlah biaya per hektarnya sebesar Rp1,48 juta atau 56,77 persen terhadap nilai produksi dan keuntungan yang diperoleh sekitar Rp1,12 juta atau sebesar 76,11 persen. Biaya terbesar dikeluarkan untuk pakan yaitu mencapai 55,49 persen dari seluruh biaya yang dikeluarkan atau sekitar Rp 819,59 ribu" jelas dia.
Sedangkan jumlah biaya per hektar untuk budidaya patin senilai Rp3,54 juta yaitu 69,32 persen terhadap nilai produksi dengan perolehan keuntungan sebesar Rp1,57 juta atau 44,3 persen.
"Sama halnya dengan budidaya lele dan nila, biaya terbesar dikeluarkan untuk pakan," ujar dia.
Survei rumah tangga usaha budidaya ikan tahun 2014 merupakan salah satu kegiatan dalam pelaksanaan ST2013 lanjutan, di mana kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data statistik subsektor budidaya ikan yang akurat dan berupa gambaran yang jelas tentang usaha budidaya ikan.
Survei dilaksanakan di seluruh provinsi pada bulan Mei hingga Juli 2014, dengan jumlah sampel Provinsi Riau sebanyak 1.525 rumah tangga, kemudian jumlah sampel usaha budidaya pembesaran lele, nila, dan patin, masing-masing sebanyak 460, 643, dan 384 rumah tangga.
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014